17 Februari 2016

Nabi Musa Alaihissalam Mencari Ilmu

Nabi Musa 'Alaihissalam Mencari Ilmu

Di suatu hari yang cerah, masih di wilayah bumi Tiin, hadirlah Nabi Musa 'laihissalam di tengah-tengah pemukiman bani Isra'il. Saat itu beliau menyampaikan nasihat-nasihat untuk bani Isra'il, kaumnya. Ucapan-ucapan beliau yang mengagumkan menjadikan bani Isra'il terpana dan hanyut dalam orasinya. Hingga terbetik dalam benak mereka, sepertinya tidak ada di permukaan bumi ini orang yang lebih pandai melebihi Nabi Musa 'alaihissalam.

Usai menyampaikan ceramah salah seorang bani Isra'il bertanya kepadanya, "Wahai Nabi Allah, siapakah manusia yang paling berilmu?" Maka Nabi Musa 'alaihissalam menjawab, "Akulah manusia yang paling berilmu!" Maksud Nabi Musa 'alaihissalam sebenarnya ingin menyakinkan bani Isra'il agar mereka merasa tenang saat menerima nasihatnya. Namun karena beliau tidak menyerahkan dahulu dalam penilaiannya kepada Allah Ta'ala, maka beliau berhak mendapat teguran dalam pengakuannya itu. Terbukti beberapa saat kemudian Allah Ta'ala mewahyukan padanya, "Sungguh, Aku mempunyai seorang hamba yang shalih. Dia berada di daerah pertemuan dua air laut (asin dan tawar). Dan ketahuilah, bahwa hamba itu punya ilmu yang tidak ada pada dirimu." Nabi Musa 'alaihissalam tertegun dan menyadari kekeliruannya.

Tatkala Musa 'alaihissalam mengetahui ada seseorang yang lebih berilmu daripada dirinya, beliau justru bangkit bersemangat untuk menimba ilmu dari orang tersebut.

Beliau berkeinginan keras untuk bertemu sekaligus berguru kepadanya. Karena itulah beliau meminta izin kepada Allah agar dipertemukan dengan hamba yang shalih itu.
Allah Yang Maha Pengasih akhirnya memperkenankannya. Hanya saja Allah tidak memberitahukan secara rinci letak tempat tinggal hamba shalih tadi. Cuma di wahyukan kepada Nabi Musa 'laihissalam bila ingin mencarinya, hendaklah membawa ikan, dimana ikan itu hilang maka ia akan bertemu dengan hamba yang shalih itu.

Memulai perjalanan mencari ilmu

Nabi Musa 'alaihissalam berkemas-kemas mempersiapkan bekal perjalanan dalam mencari ilmu. Beliau tinggalkan kaumnya, walaupun saat itu beliau berposisi sebagai pengajar dan pembimbing begi mereka. Beliau lakukan hal itu demi memebuhi kebutuhan dirinya dalam menambah ilmu. Kedepannya bila beliau sudah mendapatkannya, beliau akan kembali kepada bani Isra'il intuk membimbing mereka kembali seperti biasa. Nabi Musa 'alaihissalam mempersiapkan segala perbekalan untuk menunjang perjalanan yang jauh ini. Suatu perjalanan yang belum diketahui berapa lamanya dan didaerah mana tepatnya yang dituju. Tak ketinggalan, seekor ikan yang masih hidup, beliau tangkap lalu dimasukkan kedalam sebuah keranjang kecil sebagai petunjuk nantinya mengenai keberadaan orang yang masih misterius itu. Untuk membantu dan menemani dirinya dalam perjalanan, beliau memanggil Yusa' bin Nun, salah seorang pengikutnya dari bani Isra'il untuk sebagai teman dalam safar mencari ilmu.

Sebagaimana Allah Ta'ala ceritakan dalam surat al-Kahfi ayat 60-82. Saat pagi yang telah direncanakan tiba, Nabi Musa 'alaihissalam bersama dengan Yusa' bin Nun bergegas berjalan kaki menyusuri jalanan menuju ke pinggiran pantai. Mengingat hamba yang shalih itu bertempat tinggal di daerah pertemuan dua air laut, besar kemungkinan keberadaannya tak jauh dari pantai. Keduanya mencurahkan tenaga dan waktu hanya karena sebab ingin menambah ilmu. Nabi Musa 'alaihissalam sudah bertekad bahwa dirinya akan terus berjalan tanpa henti hingga menemukan daerah pertemuan dua air laut itu.

Sepanjang hari keduanya terus berjalan hingga tibalah di sebuah batu yang besar. Melihat ada sebuah batu besar dan di bawahnya terdapat tempat teduh karena dinaungi batu itu, Nabi Musa 'alaihissalam mengajak Yusa' bin Nun untuk singgah sejenak. Angin laut yang bertiup semilir membuat keduanya yang telah kelelahan segera tertidur di bawah naungan batu besar itu. Ketika Nabi Musa 'alaihissalam tertidur pulas, sebuah peristiwa yang ajaib terjadi! Ikan yang sedari tadi berada dalam keranjang, tiba-tiba bergerak dan melompat, berusaha keluar. Yusa' bin Nun yang dalam keadaan setengah terjaga mengetahui ikan itu berhasil keluar dari keranjang. Sesampainya di tanah, ikan itu melompat menggelepar menuju pinggiran laut yang akhirnya masuk menuju tengahnya. Anehnya lagi, ikan itu melompat dalam keadaan tegak sehingga sampai ketengah laut.
Yusa' bin Nun terheran-heran dengan kejadian yang dilihatnya. Namun ia tidak berani membangunkan Nabi Musa 'alaihissalam untuk diberitahukan padanya perihal ikan itu. Akhirnya Yusa' bin Nun tertidur lagi bersama Nabi Musa 'alaihissalam.

Selang beberapa saat Nabi Musa 'alaihissalam terbangun, diikuti oleh Yusa' bin Nun. Namun entah apa sebabnya Yusa' bin Nun tiba-tiba lupa dengan peristiwa raibnya ikan itu. Setan telah mampu mengalihkan perhatian dan ingatannya. Sehingga saat Nabi Musa 'alaihissalam mengajak dirinya untuk meneruskan perjalanan, Yusa' bin Nun hanya mengangguk tanpa bercerita perihal ikan itu. Padahal ikan itu berperan sebagai petunjuk keberadaan hamba shalih yang akan dituju.
Begitu juga Nabi Musa 'alaihissalam, saat itu tidak berfikiran untuk memriksa ikan dalam keranjang. Hingga keduanya berjalan jauh dari sisa waktu seharian sampai malam harinya. Keesokan harinya Nabi Musa 'alaihissalam meneruskan perjalanannya lagi. Tanda-tanda kecapekan mulai nampak pada diri beliau. Ketika beliau tak kuasa menahan rasa letih, beliah ajak Yusa' untuk istirahat lagi barang sejenak untuk memulihkan tenaga.
Nabi Musa meminta Yusa' agar mengeluarkan perbekalan. Saat keduanya tengah nikmat menyantap perbekalan itulah, Tusa' teringat akan peristiwa raibnya ikan itu. Yusa' langsung menceritakannya pada Nabi Musa 'alaihissalam tentang apa yang dilihatnya tempo hari. Yusa' juga memohon maaf atas kekeliruannya kemarin karena tidak bercerita kepada Nabi Musa 'alaihissalam, kalau dirinya melihat ikan itu keluar saat istirahat. Nabi Musa pun langsung menanggapi apa yang diutarakan Yusa' seraya berkata, "itulah tempat yang kita cari! Kalau begitu, kita harus kembali ketempat yang kemarin kita singgahi!"

Akhitarnya Yusa' dan Nabi Musa 'alaihissalam kembali menyusuri jalanan yang dilalui tempo hari guna bertemu dengan hamba shalih yang di maksud.
wallahu a'lam.

Maraji':
※ Qashash al-Anbiya', Ibnu Katsir
※ Qashash al-Anbiya', As-Sa'di


Oleh:
Ustadz. Abu Adibah ash-Shaqoli

Sumber:
Majalah "al-Mawaddah - majalah keluarga muslim" - vol. 69 - Shafar 1435 H

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Nabi Musa Alaihissalam Mencari Ilmu

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter