03 September 2014

Membangun RumahTangga Yang Harmonis

Membangun RumahTangga Yang Harmonis

Sebuah keluarga yang terdiri dari sorang suami dan seorang atau lebih istri bisa digambarkan sebagai sebuah taman. Dari namanya saja, taman menginspirasikan sebuah keelokan dan keindahan, kesejukan, serta kedamaian. Itulah gambaran sebuah keluarga yang harmonis. Sangat indah.

Apa saja yang hendaknya diusahakan oleh pasutri saat mereka meretas keharmonisan di dalam rumah tangga?

Akhlak Terpuji

Salah satu komponen pembangun keharmonisan ialah akhlak terpuju masing-masing pasutri. Itulah salah satu hal yang diajarkan Islam yang akan menambah keelokan aman pasutri, kesejukan serta damainya.
Dalam hal ini Allah Ta'ala berfirman:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوف

".....dan bergaullah dengan mereka secara ma'ruf...(an-Nisa:19)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut,"Artinya, santunkanlah ucapan-ucapan kalian (wahai para suami) kepada mereka (para istri), dan baguskanlah tingkah laku kalian serta bentuk dan penampilan kalian sekadar apa yang kalian sanggupi. Sebagaimana kamu suka mendapatkan hal itu darinya, maka lakukanlah terhadapnya seperti hal itu pula, sebagaimana Allah berfirman:

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوف

"....dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf."(al-Baqarah: 228)

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

خيركم خيركم لأهله وأنا خير كم لأهلي

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pergaulannya kepada istri-istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik diantara kalian dalam mempergauli istriku."

Di antara akhlak Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau sangat baik pergaulannya, tenang sikap dan penampilannya, mencandai istri dan berlemah lembut kepadanya, mencukupi nafkahnya, membuat istrinya tertawa, bahkan sesekali beliau berlomba dengan Aisyah radhiyallahu'anha, sebagai ungkapan rasa cinta beliau kepadanya.

Aisyah mengatakan, "Suatu ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengalahkanku. Di saat lain, akupun mengalahkan beliau.  Itu terjadi tatkala aku belum gemuk. Tatkala aku sudah terbebani oleh daging pada tubuhku, aku ajak beliau berlomba lagi dan beliau pun mengalahkanku, maka beliaupun mengatakan, 'Yang ini untuk kekalahanku waktu itu.'"1,2

Walhasil, taman pasutri akan bertambah elok dan menawan bila dihiasi keelokan akhlak yang terpuji. Semakin bagus akhlak suami juga istri, taman pasutri akan semakin teduh dan menenteramkan hati. Maka harmonislah kehidupan pasutri.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menegaskan:

"Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik (pergaulannya) bagi istrinya."3

Istri shalihah untuk suami shalihah

Yang merupakan komponen pembangun keharmonisan berumah tangga ialah istri yang shalihah bagi suami shalih.

Seorang wanita di sisi seorang suami laksana mawar di taman. Suamilah yang akan menikmati keelokannya, dan hanya untuk suami mawar itu tampil menggoda. Sebab suami adalah pemilik yang merawat dan memeliharanya. Sifat dan karakter istri shalihah telah Allah sebutkan dalam firman-Nya:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ الله

"...maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)..."(QS. An-Nisaa': 34)

Allah menyebut keshalihahan seorang wanita di dalam ayat diatas dengan dua sifat saja. Ialah seorang wanita yang qanitat yang berarti taat dan yang hafizhah yang berarti pemelihara.
Ialah istri yang senantiasa taat pada perintah dan anjuran kebaikan Rabbnya, juga taat pada perintah dan anjuran kebaikan suaminya. Ia juga istri yang hafizhah. Tentu suaminya akan menaruh kepercayaan penuh pada istrinya, bila istrinya seorang hafizhah (penjaga). Suami tak lagi waswas akan istrinya dirumah tatkala ia harus beranjak mencari karunia Ilahi apabila istrinya seorang yang rapi dalam memelihara diri dan kehormatannya, dan rapi dalam memelihara harta yang dipercayakan kepadanya oleh suaminya.

Seorang istri yang shalihah ialah yang istiqomah di atas agamanya, yang senantiasa taat pada suaminya dan memelihara hak-hak suaminya yang ada pada dirinya dan pada harta suaminya. Selain itu, ia adalah yang disebuhkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam saat ditanya, "Wanita macam apa yang paling baik?"
Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Wanita yang menyenangkan suami bila ia memandangnya, menaatinya bila ia perintah, dan tidak menyelisihi sesuatu yang ia tidak suka pada dirinya dan pada hartanya."4

Peran yang tepat

Allah telah memberi kedudukan yang berbeda antara suami dan istri dalam rumah tangganya. Hal ini menuntut keadilan dan dibuangnya jauh-jauh kezaliman dari setiap pasutri terhadap pasangannya. Sebab, dibalik perbedaan itulah Allah akan menganugerahkan keharmonisan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Allah Ta'ala berfirman:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِم

" Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka."(an-Nisaa':34)

Allah Ta'ala menjadikan peran suami sebagai orang yang memiliki kuasa dalam membina para istrinya, mendidik mereka, serta memerintah mereka untuk melaksanakan seluruh kewajiban yang harus mereka tunaikan kepada Allah dan kepada suaminya, serta memberi pelajaran kepada mereka bila mereka tidak menunaikannya. Dan Allah Ta'ala tidak menghendaki sebaliknya.

Mengapa ditetapkan demikian??
Padahal yang demikian ini benar-benar sebuah perbedaan. Memang benar, ini adalah perbedaan, sedangkan kehamonisan selamanya harus sepadan, harus sama, dan harus selaras. Dalam perbedaan pun Allah menghendaki keharmonisan. Bahkan merupakan keharmonisan yang sesungguhnya.

Mengapa yang dilebihkan hanya suami?
Sebab Allah telah melebihkan para suami atas para istri dengan mahar-mahar yang mereka bayarkan, dengan harta yang mereka nafkahkan untuk istri mereka, dan dengan kecukupan yang mereka berikan kepada istri mereka. Sehingga para istri itu di sisi suami laksana bunga-bunga di taman yang selalu disirami. Benar-benar ini merupakan sebuah keharmonisan.

Bukankah tidak harmonis bila taman yang selalu disirami merasa tidak 'mengerti' tuannya? Seperti juga bukan keharmonisan bila si tuan tidak menyirami tamannya?

Karena taman itu disirami, maka selayaknya mawar-mawar itu memahami perbedaan ini. Hanya karena taman itu disirami maka bunga-bunga keharmonisan pun harum semerbak mewangi..

Wallahul muwaffiq


Oleh:
Ustadz. Abu Ammar al-Ghoyami


Catatan:
--------------

1. HR. Ahmad: 6/264, abu Dawud: 2578, Ibnu Majah: 1979
2. Tafsir Ibnu Katsir 1/467
3. Hadits shahih lighairihi, diriwayatkan Ahmad 6/47, 99, at-Tirmidzi: 3986, dan Ibnu Majah: 1977, 1978.
4. Hadits hasan lighairihi, diriwayatkan oleh Imam Ahmad 2/251 dan an-Nasa'i 6/68


Sumber:
Majalah "al-Mawaddah - majalah keluarga muslim" - vol.69 - Safar 1435 H

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Membangun RumahTangga Yang Harmonis

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter