بسْـــــــــــــــم الله الرّحمن الرّحيْـــــــــــــــم
Ahlus Sunnah,Antara Pengakuan dan Realita
Definisi Sunnah
As-Sunnah secara bahasa artinya ath-thariqah yaitu tata cara. Sedangkan secara istilahadalah cara beragama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berarti, Ahlus Sunnah adalah orang yang senantiasa berpegang kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam aqidah, ibadah, akhlaq, mu’amalah, dan lain-lain.
Al-Jama’ah secara bahasa artinya al-jama’ yaitu mengumpulkan sesuatu
yang berserakan, maksudnya adalah bersatu padu dan kebalikannya adalah berpecah-belah.
Adapunsecara istilah, Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang berpegang kepada al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman shahabat dan tabi’in serta mengikuti mereka dari para ulama mujtahidin.
Perpecahan umat ini adalah suatu yang pasti akan terjadi, sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an,
Allah berfirman:
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus” (al-Baqarah:213)
Juga dalam firman-Nya;
“Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu” ( Yunus:19)
Juga dalam Firman Allah Ta’ala dalam surat yang lain;
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu[1006], dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu”. ( al-Mu’minuun: 52-54)
Juga dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[971] dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. kepada kamilah masing-masing golongan itu akan kembali” ( al-Anbiyaa’ :92-93)
Dan sudah dinubuwahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihii wa sallam sejak dahulu. Walau dari banyak firqoh tersebut masih ada firqoh yang tetap tegak diatas kebenaran dan keselamatan.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda;
“ Ingatlah, sesungguhnya ornag sebelum kalian dari Ahlul Kitab akan terpecah menjadi 72 golongan( dalam matan yang lain” akan terpecah Yahudi menjadi 71 golongan dan Nashrani akan terpecah menjadi 72 golongan….”), dan sesungguhnya (ummat) ini (islam) akan terpecah menjadi 73 golongan, yang 72 golongan berada di neraka sedangkan yang satu golongan berada di Syurga, (golongan yang satu itu adalah) “ Al-Jama’ah”.” (HR.Abu Dawud.no.4597)
Dalam riwayat Tirmidzi dijelaskan, “…Para shabat bertanya: “ Siapa golongan yang selamat itu ya Rasulullah?”, maka beliau menjawab : “ Mereka yang mengikuti jalan hidupku dan para shahabatku”. Riwayat yang menjelaskan ini sangat banyaksekali, yang semua berkesimpulan bahwa hanya ada satu yang selamat,yaitu: “Al-Jam’ah atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah”.
Menurut syaikh Abdul Hadi Al- Misri bahwa Madzhab Ahlus Sunnah itu merupakan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Mereka bukanlah pembuat Bid’ah sehigga nama tersebut tidak bisa dinisbatkan kepada perseorangan atau kelompok.
Pada zaman ini,hamper semua orang, kelompok, atau golongan mengaku sebagai “ Ahlus sunnah”, walau terkadang ternyata pengakuan mereka sangat bertentangan jauh dengan amaliyahnya. Karena itu untuk menghindari penisbatan itu, sudah seharusnya kita mengetahui Ciri-ciri dan perinsif Ahlus Sunnah:
Diantaranya;
1.Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shohih serta ijma’ para shohabat sebagai sumber hokum dalam kehidupan mereka.
Seseorang Ahlus Sunnah senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama,
Allah Ta’ala berfirman;
واتّبعْ ما يوحى إليْك منرّبّك
“Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu”(al-Ahzab:2)
إنّهذذاالْقرْءان يهْدى للّتى هى أقْوم
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus “(al-Isro’:9)
Kemudian mereka juga menetapkan As-Sunnah yang merupakan ucapan, perbuatan dan taqrir Nabi sebagai sumber hukum kedua, setelah al-Qur’an,
Allh Azza Wa Jalla ,berfirman:
وأنزل الله عليك الكتب والحكمة
“Dan Allah telah menurunkan kitab dan Hikmah kepadamu” (an-Nisa:113)
Imam Ibnu Katsir memberkan penjelasan: “... Dan apa-apa yang telah diturunkan kepadanya(Muhamad) berupa Al-Kitab yaitu Al-Qur’an dan juga hikmah yaitu As-Sunnah” (Tafsir Qur’anil Adzim. 1:542)
Oleh sebab itu,Allah Azza Wa Jalla, berfirman:
ومآ ءاتىكم الرّسول فخذوه وما نهىكمْ عنْه فانتهواْ
“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah”( al-Hasyr:7)
Disamping Ahlus Sunnah mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shohih, mereka juga mengikuti ijma’ para shohabat
Allah Ta’ala, berfirman:
ومن يشا قق الرّسول من بعْد ما تبيّن له الهدى ويتّبعْ غيْر سبيل المؤْمنين
“Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,” (an-Nisa’:115)
Dalam sebuah riwayat dijelaskan “ Aku wasiatkan kalian (mengikuti ) para shohabatku, kemudian orang-orang sesudah mereka...Barang siapa yang menghendaki keluasan syurga maka hendaklah berpegang teguh kepada jama’ah ( Rasulullah dan shahabatnya)” (HR, Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hiban).
Dengan sumber hukum inilah mereka mengambil tuntunan,baik dalam akidah, ibadah maupun mu’amalah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena itu pantang bagi Ahlus Sunnah mengambil hukum dari selainnya.
Allah AzzaWa Jalla, berfirman:
ومن لّمْ يحْكم بمآنزل الله فأوْلئك هم الْكفرون
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (al-Maaidah:44)
ومن لّمْ يحْكم بمآ أنزل الله فأوْلئك هم الظّلمون
“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.”( al-Maaidah:45)
ومن لّمْ يحْكم بمآ أنزل الله فأوْلئك هم الْفسقون
“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik”.(Al-Maaidah:47)
2.Mencintai Sunnah dan Menolak Serta Membenci Bid’ah, Baik Bid’ah Amaliyah, Aqidah Maupun Manhajiyah
Seorang AHLUSSUNNAH akan senantisa komitmen dengan segala sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam. Namun sebaliknya mereka menolak dan membenci setiap bid'ah dalam masalah agama. Karena setiap bidkah dalam masalah agama semunya buruk dan sesat. Tidak ada satupun yang hasanah.
"Barangsiapa yang hidup apa yang hidup sesudahku diantara kalian, maka kelak ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kalian tetap berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin yang di beri petunjuk. Maka berpeganglah kalian dengannya... Dan berhati-hatilah kalian dengan perkara yang baru (dalam masalah agama),karena setiap yang baru (dalam agama) adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah SESAT" (HR . Abu Dawud.no.4607-Tirmidzi.no.2678)
Pada saat sekarang ini perkara bid'ah begitu menjamur, namun ironisnya pendukungnya juga merebak. Tanpa disadari kita telah tersibukkan dengan berbagai macam bid'ah yang tidak berpahala namun justru berdosa. Yang pada gilirannya sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam terlupakan, hingga klimaksnya tanpa disadari membenci sunnah-sunnah dan para penegaknya di kalangan Ahlus sunnah. Disaat Ahlus sunnah memelihara jenggot sebagai bentuk perealisasian sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam,sebagian diantara kita justru memperoplok-oloknya. Disaat kita memendekan celana diatas mata kaki, masih ada aja sebagian kita yang melecehkannya. Dan disaaat kita kobarkan semangat Jihad dalam membela agama dan kaum muslimin, ternyata masih kita temukan penggembos-penggembos jihad dari kalangan para pengaku ahlus sunnah. Ingat...... Jika kita masih demikian, TUTUPLAH lisan kita dari MENGAKU AHLUS SUNNAH.
3.Senantiasa Berjihad Menegakkan Kebenaran Sampai Akhir Zaman
Ini juga merupakan ciri khusus yang tidak bisa dari diri Ahlus Sunnah.
Rasululllah shalallahu alaihi wa sallam,bersabda;
“Senantiasa ada diantara ummatku, segolongan yang berperang diatas kebenaran dan mereka selalu menang terhadap orang yang menyelisihinya sampai diperanginya Masihid Dajjal” (HR.Abu Dawud. No.2484)
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
ولْتكن مّنكمْ أمّة يدْعون إلى الخيْر ويأْ مرون با لمعْروف وينْهوْن عن الْمنكر وأوْلئك هم المفْلحون
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (al-Imron:104)
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Bahwa Ma’ruf itu adalah setiap apa-apa yang diperintahkan oleh syar’i, maka mereka(Ahlus Sunnah) memerintah dengannya. Sedang mungkar adalah setiap apa-apa yang dilarang oleh syar’i,maka mereka melarang darinya”(Aqidah Alwasitiyah:474)
Yah..Ahlus Sunnah merupakan sosok Mujahid yang membentengi Islam dari kerusakan dan pelecehan,mereka juga melindungi ummat islam dari para perusak aqidah dan penindas jiwa-jiwa mereka.
4.Menjauhi Segala Macam Bentuk Kesyirikan Baik itu Syirik Kecil Maupun Besar. Serta Menjauhi Berbagai Sarana yang Bisa Menghantar Kearah sana.
Dalam al-Qur’an Allah telah memberikan penjelasan, Allah Ta’ala berfirman:
الّذينءامنواْولمْ يلْبسواْ إيمنهم بظلْم أوْلئك لهم الأمْن وهم مّهْتدون
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am:82)
Ketika ayat ini turun, para shohabat berkata: “ Ya, Rasulullah, Adalah kami tidak mendzolimi diri sendiri?” Maka Nabi berkata: “ Sesungguhnya ( kedzoliman dalam ayat ini) tidak seperti apa yang kamu katakan. (maksud) dari tidak mencampurkan iman mereka dengan “kedzoliman”, adalah “syirik”. Bukankah kalian pernah mendengarkan (firman Allah) akan ucapan Luqman kepada anaknya: “ Wahai anakku janganlah kalian berbuat syirik kepada Allah, karena sesungguhnya syirik itu benar-benar “ kedzoliman yang besar” ( Fathul Majid:33/ Tafsir Qur’anil Adzim.2:153-154)
Segala macam bentuk syirik tidak akan mungkin disentuh oleh Ahlus Sunnah. Mereka tidak mungkin menyembah kuburan dengan meminta berkah, memakai jimat, membaca mantra, membuat sesaji atau pergi kedukun untuk meminta pertolongan dalam menghadapi kesulitan hidupnya. Bukankah Rasulullah shalallhu alaihi wa sallam pernah berkata kepada pemakai jimat: “....Sesungguhnya jika engkau mati sedang ditanganmu masih ada ( jimat tersebut) maka engkau tidak akan beruntung selamanya,” ( HR. Ahmad dalam Fathul Majid:101)..“Barangsiapa yang menggantungkan Tamimah (jimat) maka sungguh ia telah berbuat syirik” (HR. Hakim dalam Fathul Majid:103/ Abu Dawud. No.3883). Bahkan dalam riwayat Ahmad dijelaskan, bahwa gara-gara memberikan sesaji dengan seekor lalat pada sebuah berhala, maka Rasulullah menyatakan orang tersebut masuk Neraka”(Fathul Majid:131)
5.Memahami al-Qur’an dan al-Hadits Harus Sesuai Dengan Pemahaman Para Shohabat.
Sseorang Ahlus Sunnah tidak akan menafsirkan Al-Qur’an semaunya sendiri, mengikuti akal fikiran, perkiraan tanpa dalil, pendapat ustadz, kiyai, wali, atau kelompoknya. Akan tetapi merek memahami itu semua sebagaiman pemahaman para shohabat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, karena shohabat adalah sebaik-baiknya ummat,yang Allah meridhoi mereka dalam segala kehidupannya.
Allah Ta’ala ,berfirrman:
كنتمْ خير أمّة أخرجتْ للنّاس تأْمرون بالْمعروف وتنْهون عن الْمنكر وتؤْمنون بالله
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (al-‘imran:110)
لقدْ رضى الله عن المؤْ منين إذْيبا يعو نك تحت الشّجرة
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon.” (al-Fath:18)
والسّبقون الأوّلون من المهجرين والْأنصار والّذين اتبعوهم بإحسن رّضى الله عنهمْ ورضواْ عنه وأعدّلهمْ جنّت تجْرى تحتها الْأنهر خلديت فهآ أبدا ذلك الْفوزالْعظيم
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.(at-Taubah:100)
0leh sebab itu Allah mengancam dengan neraka jahannam bagi mereka yang tidak mau mengikuti jalan hidupnya orang-orang beriman.
Allah Ta’ala berfirman:
ومن يشا قق الرّسول من بعْد ما تبيّن له الهدى ويتّبعْ غيْر سبيل المؤْمنين نولّه ما تولّى ونصْله جهنّم
“Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, ,” (an-Nisa’:115)
6.Ahlus Sunnah Meyakini Bahwa Bila Seseorang Melakukan Kufur Besar atau Syirik Besar, Maka Orang Tersebut telah Keluar Dari Islam.
Fondasi Aqidah seorang Muslim adalah “ Lailahaillallah”, karena itu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika mengutus Muadz bin Jabal ke negeri Yaman, beliau shalallahu alaihi wa sallam memberi amanah kepadanya,” Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari ahlul kitab, maka hendaklah yang engkau dakwahkan pertama kali kepada mereka adalah:”Persaksian ‘Lailahaillallah’...”(HR.Bukhari. dan Muslim dalam kitab Fathul Majid:81)
Maka Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam,bersabda: “ Barangsiapa yang mati sedang ia menyeru (beribadah,berdo’a, beristighosah) kepada selain Allah maka dia masuk Neraka” (HR.Bukhari, no.4497, 6683 dalam Fathul Maid:65).
Dan Rasululllah shalallahu alaihi wa sallam juga bersabda: “ Barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun maka dia masuk syurga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam keadaan mempersekutukan Allah dengansesuatu apa pun maka dia masuk neraka.”(HR. Muslim. No. 93)
Berikut ini sepuluh perkara yang digolongkan sebagai pembatal keislaman. Walaupun sebenarnya pembatal keislaman itu tidak terbatas pada sepuluh perkara ini saja. Hanya saja sepuluh perkara ini merupakan pokok-pokoknya, yaitu:
[1] Melakukan kemusyrikan dalam beribadah kepada Allah. Yaitu menujukan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga, dan tempat kembalinya adalah neraka…” (QS. al-Ma’idah: 72).
[2] Mengangkat perantara dalam beribadah kepada Allah yang dijadikan sebagai tujuan permohonan/doa dan tempat meminta syafa’at selain Allah.
[3] Tidak meyakini kafirnya orang musyrik, meragukan kekafiran mereka, atau bahkan membenarkan keyakinan mereka.
[4] Keyakinan bahwa ada petunjuk dan hukum selain tuntunan Nabi yang lebih sempurna dan lebih baik daripada petunjuk dan hukum beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[5] Membenci ajaran Rasul, meskipun dia juga ikut melakukan ajaran itu.
[6] Mengolok-olok ajaran agama Islam, pahala atau siksa.
[7] Sihir.
[8] Membantu kaum kafir dalam menghancurkan umat Islam.
[9] Keyakinan bahwa sebagian orang boleh tidak mengikuti syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menganalogikannya dengan Nabi Khidr bersama Nabi Musa ‘alaihimas salam.
[10] Berpaling total dari agama, tidak mau mempalajari maupun mengamalkannya (lihat Nawaqidh al-Islam, karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah hal. 2-4 software Maktabah asy-Syamilah).
7.Ahlus Sunnah Meyakini Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam adalah Penutup Para Nabi dan Tidak Ada Lagi Nabi Sesudahnya.
Setiap pengakuan Nabi setelah beliau adalah dusta belaka. Barangsiapa yang beriman dengan siapa pun yang mengaku nabi sesudah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, maka orang itu telah keluar dari islam. Sedang Allah sendiri telah menyatakan:
Allah ta’ala berfirman,
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu bukanlah ayah dari salah seorang lelaki di antara kalian. Akan tetapi, beliau adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah terhadap segala sesuatu Maha mengetahui.” (QS. al-Ahzab: 40)
Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam,bersabda: “Sesungguhnya kelak pada ummtku akan ada 30 pendusta yang semunya mengaku nabi, padahal aku penutup para nabi dan tidak ada lagi nabi sesudahku” (HR.Ahmad)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَا الْعَاقِبُ وَالْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ
“Aku adalah al-‘Aqib/yang paling belakang; al-‘Aqib yaitu [nabi] yang tidak ada lagi nabi sesudahnya.” (HR. Muslim dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu’anhu)
Berdasarkan ayat dan hadits-hadits yang agung di atas teranglah bagi kita semua kebatilan pendapat yang menyatakan bahwa masih ada nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah kebenaran, lantas apa lagi yang masih tersisa setelah kebenaran kecuali kesesatan.
8.Ahlus Sunnah Berwala’ Hanya Kepada Orang Mu’min dan Bukan Kepada Orang Kafir
Sikap wala’, mencintai, membela, mengambil pemimpin hanya kita berikan kepada orang-orang beriman, ”Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah). Barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (al-Maidah: 55—56)
Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (al-Maidah: 51)
Wajib bagi Ahlus Sunnah memberikan wala’ kepada kaum muslimin dalam jihad melawan kuffar dan munafiqin. Wala’ kepada pribadi-pribadi muslim berbeda kapasitasnya, tentunya sesuai dengan tingkat ketaqwaan dan jauh-dekatnya pribadi-pribadi tersebut dari menhajul haq. “Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah” (HR.Ahmad dan Hakim)
Rasulullah shalallahu alihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَفَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَمْرٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang kalau kalian lakukan niscaya kalian akan saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no.54)
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian tinggal bersama orang-orang musyrik, jangan pula bergabung dengan mereka. Barang siapa tinggal dan bergabung bersama mereka, dia bagian dari mereka.”(HR. al-Hakim 2/141—142, dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu)
Masih banyak dalil lainnya yang menyebutkan perintah Rasulullah n untuk menyelisihi orang-orang kafir dalam banyak hal.
9.Tidak Menghina atau Mengungkapkan Kata-Kata yang Menjatuhkan Nama Baik Shohabat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.
Setelah kedudukan sebagai Nabi, tidak ada lagi kedudukan yang lebih tinggi dan lebih mulia dibanding kedudukan suatu kaum yang telah diridhai Allah untuk mendampingi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan untuk menjadi pembela agama-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian generasi sesudahnya, dan sesudahnya lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada diri sahabat telah terkumpul kelebihan dan keutaman yang banyak. Mereka adalah orang yang lebih dahulu masuk Islam. Mereka adalah orang yang mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berhijrah dan berperang, serta melindungi beliau. Mereka berjihad menghadapi musuh ketika cuaca sangat terik menyengat, padahal mereka sedang berpuasa. Mereka pula yang menyebarkan agama Islam ini ke berbagai wilayah. Oleh karena itu, umat Islam ini telah sepakat bahwasannya para sahabat radhiyallahu ‘anhum lebih mulia daripada orang setelah mereka dari umat ini, dalam segi ilmu, amal perbuatan, pembenaran, dan persahabatan dengan Rasulullah.
Karena tingginya kedudukan para sahabat pula, sampai-sampai harta yang mereka sumbangkan, demi mencari keridhaan Allah dalam situasi dan kondisi sesulit apapun, merupakan suatu amal yang tidak mungkin terjadi pada seorang pun dari umat ini dan tidak pula semisal ukuran pahalanya.
Rasulullah bersabda,
“Janganlah kalian mencela sahabatku. Karena demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, kalau salah seorang di antara kalian menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, maka nilainya tidak akan mencapai satu mud (segenggam tangan) salah seorang mereka, dan tidak juga separuhnya.” (HR. Bukhari)
Karena itu seorang Muslim wajib mencintai mereka, mengikuti pemahaman dan kilmuan mereka dalam agama. Maka bukanlah seorang Ahlus Sunnah orang-orang yang mencela para shohabat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam: ”....Barangsiapa yang menyakiti mereka( para shohabat), maka ia menyakitiku. Dan barangsiapa menyakitiku, maka ia menyakiti Allah. Dan barangsiapa yang menyakiti Allah, ia akan mendapat hukuman. Dan barangsiapa yang dihukum maka ia tidak akan lolos” (HR.tirmidzi dari Ibnu Mughofal).
Abu Nu’aim juga telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Berkata:” Barangsiapa yang ingin meniru suatu perbuatan( sunnah) maka tho’atilah para shohabat Nai Muhammad. Sebab mereka itulah sebaik-baiknya ummat, paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, dan paling ringan amalnya...., mereka itu adalah umat yang selalu mendapat petunjuk Allah, Demi Allah yang memiliki Ka’bah” (Dalam Kitab Hayatush Shohabah)
Inilah beberapa ciri Ahlus Sunnah secara ringkas, walau masih banyak ciri lainnya yang tidak mungkin tertulis disini. Semoga dengan keterangan ini akan mampu memberikan pengetahuan kepada kita tentang Ahlus Sunnah itu sendiri...Wallahu a’lam.
(Disarika dari buletin: At-Tauhid, Edisa27/November 2008. Hp.081369164075/085279339102)
Ditulis ulang oleh: Ibnu Abdillah
Kota Tapis Berseri: Pringsewu,Lampung
Artikel: Belajar Islam
0 komentar:
Posting Komentar
“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]