01 Juni 2013

KETIKA SI JAHIL BERBCARA AGAMA

بســـــــــــــــم الله الرحمن الرحيـــــــــــــــم


Ketika Si Jahil Berbicara Agama

Wahai saudaraku, berbicar agama tidaklah sama dengan pembicaraan tentang selainnya. Karena dalam masalah agama kita membutuhkan dalil dan hujja dari al-Qur’an dan hadits yang shahih untuk membicarakannya, dan bukan hanya sekedar retorika  akal serta pemikiran saja yang justru akan memunculkan keraguan, syubhat dan mungkin penyimpangan yang bias membahayakan ummat dan agama.

Allah Ta’ala berfirman: “
 Ÿ
ولا تقْف ما ليْس لك به، علْم إنّ السّمْع والْبصر والفؤاد كلّ أوْ لئك كا ن عنْه مسْئولا 
dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS.al-Israa: 36)


Auf berkata: “ Janganlah kamu berkata sesuatu tampa kamu memiliki ilmunya”(Tafsir Qur’anil Adzim.3:43)
Sedangkan Qotadah berkata : “ Kamu jangan mengatakan;” Aku telah melihat, padahal kamu belum melihatnya, Aku telah mendengar, padahal kamu belum mendengar. Aku telah telah mengilmui, padahal kamu belum mengilminya. Karena Allah akan menanyai kamu dari hal yang  edmikian itu....” ( Tafsir Qur’anil Adzim.3:43)

Bahkan Allah Ta’ala melarang kita untuk melakukan DZON( Ungkapan atau suatu ilmu yang belum jelas kebenarannya),dalam segala hal.

Allah Ta’ala berfirman:

وامنوا اجْتنبواْ كشيْرا مّن الظّن انّ بعْض الظّنّ اشْم
“Dan jauhilah kebanyakan Dzon (kecurigaan), karena sebagian dari Dzon itu dosa.” (Al-Hujurot:12)

Dalam riwayat dari Abu Hurairoh radhiyaallhu’anhu, Rasulullahi shalallahu alaihi wa salllam, bersabda:
“Hendaklah kalian menjauhi dari dzon, karena sesungguhnya dzon itu adalah sedusta-dustanya ucapan...” (1)


Untuk menghindari kesalahan fatal maka hendaklah kita berilmu dahulu sebelum kita berkata dan beramal. Jangan sampai terjadi apa yang telah kita katakan bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Allah Berfirman:
يأيّها الّذين ءامنواْلاتقدّمواْ بيْن يدي الله ورسوله
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya  (al-Hujurot:1)

Ketika menafsirkan ayat ini, telah berkata Ali bin Abi Tholhah, dari Ibnu Abbasberkata: “ janganlah kalian mengatakan yang menyelisihi al-Qur’an dan Sunnah”, Sedang Auf berkata: “ Allah melarang bericara yang mendahului kalam-Nya”, Sedangkan Adhohak telah menyatkan juga: “ jangan kamu memutuskan perkara(urusan) yang menyimpang dari syari’at Allah dan Rasul-Nya (dalam ) agama kalian”, Adapun Sufyan Atsauri, telah berkata juga: “ janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya didalam ucapan dan perbuatan.” (Tafsir Qur’anil Adzim.4:204)
Bahkan setingkat shahabat-pun wajib mengembalikan permasalahannya kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana dalam sebuah riwayat:

“ Daimana suatu hari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke negeri Yaman. Kemudian beliau berkata; ‘Dengan apa engakau menghukumi( suatu masalah disana)?’ kemudian Muadz menjawab; “ Dengan kitab Allah( Al-Qur’an), Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bertanya lagi; ‘Dan bila engkau  tidak menemukan( didalam al-Qur’an)??’, maka Muadz menjawab; “( Aku putuskan ) dengan Sunnah Rasulullah”. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bertanya lagi; ‘ Dan bila Engkau tidak menemukan ( dalam Al-Qur’an dan al-Hadits)?, kemudian Mu’adz menjawab; “ Aku akan berijtihad dengan akalku”. Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menepuk dadanya dan berkata; ‘ Alhamdulillah yang  telah memberi taufik kepada utusan Rasulullah...” (2)


Namun perlu kita ingat bahwa Hadits Mu’adz ini tidak boleh kita salah gunakan, dengan membolehkannya setiap ornag untuk berijtihad dan memutuskan perkara berdasarkan akalnya sendiri. Sebab kita perlu tahu bahwa ruang lingkup ijtihad hanya boleh dikalangan para ulama yang sudah diakui keilmuannya. Adapaun orang awam hanya wajib mengikuti ulama yang sholih.

                Pendapat para ulamapun terkadang bisa saja salah. Bila demikian kita wajib hanya mengikuti Qur’an dan Hadits, sehingga Ibnu Abbas-pun pernah berkomentar; “ Aku khawatir kalian akan tertimpa batu dari langit, ( karena) aku mengatakan” Rasulullah bersabda”. ( Namun kalian membantah) dengan mengatakan : “Abu Bakar dan Umar berkata” ( Fathul Majid:361).

Dari ibnu Abbas radhiyallahu’anhu berkata: “ Ucapan salah seorang diantara kami boleh diambil dan boleh dibuang, kecuali ucapan Nabi” ( Fathu Majid:363),

Maka Syaikh Abdurrohman bin Hasan bin Abdul Wahabberkata: “ Wajib mengingkari kepada orang yang meninggalkan dalil (al-Qur’an dan sunnah ) tetapi ia mengambil salah satu ucapan ulama”.
Ar-Robi’ juga mengatakan; “ Aku telah mendengar As-Safi’i telah berkata;” Bila kalian menemukan didalam kitabku yang menyelisihi sunnah Rasulullah, maka ambillah sunnah Rasulullah dan tinggalkan apa-apa yang aku katakan”. (Fathul Majid: 366).

                Namun bila kita melihat kenyataan ummat islam hari ini, sungguh sangat memperihatinkan dimana  banyaka kalangan masyarakat awam bahkan para da’i yang cendrung mendahulukan nafsu dan akal dalam menjawab suatu masalah tanpa mau memperhatikan lagi dalil yang ada. Sedangkan Rasulullah telah bersabda:
“ Barangsiapa yang berkata tentang kitabullah( al-Qur’an) dengan akalnya saja. Maka walaupun benar  tetapp ( Dianggap ) salah.” (HR. Abu Dawud dari Jundub. No.3652), Dalam riwayat lain  : “ Barangsiapa yang berbicara tentang al-Qur’an hanya dengan akalnya saja, maka hendaklah mempersiapkan tempat duduknya didalam neraka” (Tafsir Qur’anil Adzim.1:8)

                Islam bukan berarti mematikan fungsi akal, bahkan ia sangat penting juga dalam kehidupan kita. Namun ketika akal berbenturan dengan dalil hendakah akal tunduk dan patuh. Tapi kalau kita lihat kenyataan, banyak dikalangan kita yang menafsirkan  dalil langsung dengan akalnya tanpa  melihat dulu pendapat para sahabat dan ulama yang sholih. Bahkan  ada juga yang tampa hujjah dan dalil sekalipun, berani menyatakan  pendapat dalam masalah agama.

                Inilah awal kehancuran agama yang banyak memunculkan bid’ah, kesesatan dan penyimpangan. Maka dari itu para ulama dulu sangat selektif dalam mengambil suatu ilmu dalam masalah agama, hingga ibnu Sirin pernah berkata:  Sesungguhnya ilmu itu adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kallian mengambil agama kalian”. Beliau juga mengatakan: “ Mereka dulu tidak pernah menanyakan sanad, maka ketika terjadi fitnah(kesesatan dan penyimpangan agama) mereka kemudian berkata ( kepada setiap yang membawa riwayat hadits): “ sebutkan kepada kami nama-nama periwayat-periwayat kalian?” Maka jika ia melihat (periwayat) itu ahlussunnah diambillah hadits tersebut, dan jika ia melihat( yang meriwayatkan) ahlul bid’ah, tidak diambil hadits mereka.( Dalam Shohih Muslim.hal.10)

                Generasi terbaik dulu telah berlalu, dan sekarang muncullah generasi yang tanpa rasa malu berbicara masalah agama tiada dalil hujjah yang mendukung. Kadang mereka menjadikan apa yang mereka dengar dari para tokoh atau yang mereka anggap kiyai sebagai hujjah,  tanpa mengetahui apakah ucapan tokoh tersebut sesuai dengan dalil atau tidak.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ,Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:

“ Cukuplah seorang dikatakan sebagai pendusta apabila ia mengatakan setiap apa saja yang ia dengar”. ( HR. Muslim .no.5)

Imam malik berkata; “Ketahuilah !! bahwa tidak akan selamat seorang yang berbicara dengan setiap apasaja yang ia dengar. Dan  jangan lah ia menjadi imam selamanya, apabila ia membicarakan setiap apa-apa yang ia dengar.”( dalam shohih Muslim.hal.8)
                Beberapa contoh ungkapan seorang yang mengandung banyak subhat, antara lain, ketika berbicara jilbab, mereka mengatakan: “ jilbab itukan tradisi orang arab saja”,  bahkan yang sangat memperihatinkan mereka mengatakan; “ jilbab itukan hukumnya tidak wajib”. Semua ini adalah ungkapan orang yang sebenarnya tidak mau belajar fiqih dengan baik. Yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah, apakah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam diutus untuk orang arab saja?, coba kita renungkan ayat ini;

 ومآ أرْ سلْنك إلاّ كآفّة اّنّاس
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat seluruh  manusia “(Saba’:28)

Dalam ayat yang lain:

وكذ لك أوْحيْنآ إليْك قرْءانا عربيّا لتنْذ ر أمّ الْقرى ومنْ حوْلها
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya” (As-Syuro:7)

Ini artinya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan syari’at yang ia bawa bukan untuk orang arab saja, tetapi untuk seluruh dunia termasuk indonesia. Dan jilbab bukanlah untuk orang arab saja, reungkanlah ayat ini:

يأيّها النّبىّ قل لْأزْوجك وبنا تك ونسآءالْمؤْ منين يدْنين عليْهنّ من جلبيبهنّ
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya,ke seluruh tubuh mereka” ( al-Ahzab:59)

            Disamping itu juga masih kita temukan orang yang mengatakan, “Islam itu harus flexsibel (lentur), jadi tidak usah kaku dan mempermasalahkan perbedaan”. Untul yang berpendapat seperti ini seharusnya belajar dulu, apa saja dan bab mana saja yang islam membolehkan perbedaan sehingga kita bersikap tegas tanpa kompromi. Kalau dalam masalah furu’ ( cabang ) yang biasanya dalam bab fiqih maka itu boleh flexsibel.

Contoh: Sebagian kaum muslimin ketika menjadi imam dalam shalat maka ada yang tidak mengeraskan bacaan basmalah-nya ada juga yang  mengeraskannya. Ini semua bisa kita tolerir karena masing-masing memiliki dalil. Contoh kita lihat dalil dibawah ini, Dari Nu’aim al-Mujmiri, berkata: “Aku telah shalat dibelakang Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia membaca “ Bismillahi rohmanir rohim” kemudian membaca al-fatihah,...” ( HR. Nasa’i dan Ibnu Huzaimah dalam Bulughul Marom no.301).

Sedangkan dari shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu,berkata; “ sesungguhnya nabi, abu bakar, umar mereka semua membuka sholat dengan “ Alhamdulillahi rabbil ‘alamin” ( HR.Bukhari-Muslim. Dalam Bulughul Marom, no.297). muslim memberikan tambahan “ mereka tidak mengeraskan “ Bismillahir rahmanirrahim” diawal bacaan dan diakhirnya.”

                Ini semua  bisa bersifat flexsibel. Namun bila berkenaan dengan masalah Bid’ah dan kemaksiatan maka disini tidak ada tolerir. Bahkan  sebagian kita  sampai mengikuti acara bid’ah dan maksiat dengan alasan tolersansi. Ini semua jelas menyimpang dalam islam.

Ada juga yang mengatakan  tentang bid’ah dengan ungkapan ini: “ kalau semua yang tidak pernah ada pada zaman Rasulullah dikatakan bid’ah, maka motor, mobil, pesawat terbang juga bid’ah dong...” Orang yang mengatakan ini pada hakekatnya tidak memahami makna bid’ah itu sendiri. Karena Bid’ah dalam islam adalah: Semua yang diada-adakan dalam Agama yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.” Jadi bila hal-hal yang baru dalam masalah dunia maka itu bukanlah bid’ah.

Semoga kita diberikan oleh Allah Ta’ala,petunjuk. Karena itu hendaklah kita  semua untuk selalu memperdalam ilmu agama  hingga  kita tidak memberikan suatu pernyaan-pernyataan yang berakibat menyimpang.

(Disarikan dari: Buletin At-Tauhid, Edisi25/agustus 2008.hp. 081369164075/ 085279339102)

FOOTNOTE:

1.(HR. Bukhari dari abdullah bin Yusuf/ Muslim dari Yahya bin Yahya/ Bulughul Marom. No. 1548/ Riyadush-shalihin: 601 /Abu Dawud. No.4917/ Tafsir Qur’anil Adzim.4 :211/ Mukhtarol Ahadits An-Nabawiyah:61)
 2.(HR. Ahmad,Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dalam Tafsir Qur’anil Adzim. 4:204/ Fathul Majid: 365)

 
Ditulis oleh: Ibnu Abdillah
Kota Tapis Berseri: Pringsewu,Lampung

Artikel: Belajar Islam

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : KETIKA SI JAHIL BERBCARA AGAMA

  • Masuknya Orang-Orang Fakir Ke Surga Sebelum Orang-Orang Kayaبســـــــــــــــم الله الرحمن الرحيــــــــــــــــمwww.belajarislamdansunnah.blogspot.comMasuknya Orang-Orang Fakir Ke Surga Sebelum Orang-Orang KayaImam Ahmad pernah ...
  • Khutbah Iblis di Jahannamبســـــــــــــــم لله الرحمن الرحيـــــــــــــــم bestgamewallpapers.com/disciples-3/hell-beast*KHUTBAH IBLIS DI JAHANNAM*Iblis berkhutbah…??, benar…ia berkhutbah ...
  • Menjaga Lisanبســـــــــــــــم الله الرحمن الرحيـــــــــــــــمMENJAGA LISAN Lisan adalah raja atas semua anggota tubuh. Semua tunduk dan patuh kepadanya. Jika ia lurus, nisca ...
  • Membedakan Bekal dan Bebanبســــــــــــــــم الله الرحمن الرحيــــــــــــــــمMembedakan Bekal dan BebanSeperti sabda Nabi, Kehidupan dunia tidak lain hanyalah pemberhentian sementara dalam per ...
  • Pemabuk yang Diselamatkan Oleh Allahبســـــــــــــــم الله الرحمن الرحيـــــــــــــــمreklamejadoel.blogspot.com*Pemabuk yang Diselamatkan Oleh Allah*Ibnu al-Juazi Rahimahullah menyebutkan riwayat dari Y ...

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter