بســــــــــــــــم الله الرحمن الرحيــــــــــــــــم
Membedakan Bekal dan Beban
Seperti sabda Nabi, Kehidupan dunia tidak lain hanyalah pemberhentian sementara dalam perjalanan panjang menuju Allah. Laksana seorang musafir yang singgah sementara di bawah pohon lalu dia kembali melanjutkan perjalanannya kembali.
Seorang musafir yang cerdik pasti hanya akan membawa bekal yang memang berguna,bukan benda-benda sembarangan yang bukan akan menjadi bebannya. Para musafir yang cerdik akan mengisi ranselnya dengan amal-amal shalih yang bernilai di akhirat. Ia pandai memilih dan memilah mana bekal yang ringkas dan berdayaguna, daripada beban yang hanya akan menyusuinya.
Oleh karena itu, seorang musafir haruslah pandai memilih, memilah dan menjaga bekal amalnya. Caranya bisa melalui dua tahapan:
1. Memilih dan memilah amal-amal yang benar-benar di ajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Ada syariatnya, dalilnya jelas dan shahih serta diakui oleh ulama terpercaya.
Inilah bekal yang akan berdaya guna diakhirat. Ia tidak akan tergiur dengan amalan-amalan yang tidak di syari'atkan, meski terlihat wah da luarbiasa dalam pandangan mata. Menurutnya itu hanya batu bid'ah yang semengkilap apapun tampaknya, ia bukan bekal yang layak dibawa melainkan beban yang menyiksakan.
2. Setelah yakin bahwa bekal amalnya telah sesuai dengan ajaran Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, amal tersebut haruslah dilakukan dan dirawat dengan ikhlas. Dilakukan dengan ikhlas artinya diniatkan hanya untuk mencari ridha Allah, bukan ridha manusia atau hanya sebagai sarana mencari kesenangan dunia semata. Di rawat dengan ikhlas yaitu menjaga keikhlasan agar tetap ada.
Mengapa dirawat?
Karena bekal amal shalih bisa busuk dan rusak jika teracuni sum'ah(di pamerkan ingin di puji), atau di ungkit-ungkit saat hati merasa sakit, meskipun amal tersebuut telah dilakukan dengan niat yang baik.
*Tanda-tanda Iklasnya Amal*
1. Pelakunya cederung senang jika amalnya tidak di ketahui orang, kebalikankan adalah Hubbusy Syuhrah alias cinta popularitas yang merupakan indikasi utama adanya riya'. Ia akan semangat jika beramal di hadapan manusia, tapi surut sewaktu mengerjakannya kala sendiri.2. Tak patah semangat ketika dicela meskipun amalnya benar, tapi juga tak merasa senang secara berlebihan jika di puji. Pujian hanyalah buah kecil dari amal shalih. Namanya amal baik wajar jika melahirkan pujian. Tapi orang yang ikhlas tidak akan terlalu senang dengan pujian manusia. Adapun celaan meski amal shalih, tak jarang pula tetap di cela oleh manusia. Tapi jika ikhlas, celaan akan mental dan tidak akan menyurutkan semangat. Allah berfirman: "....Dan mereka tidak takut dengan celaan para pencela.." (QS.Al-maidah:54)
3. Merasa bahwa amalnya kurang sempurna, khawatir Allah tak akan menerima sembari berharap Allah memaklumi kekurangannya. Terus berusaha lebih baik dan tak membanggakannya di hadapan manusia ataupun di hadapan diri sendiri.
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut(tidak akan diterima) dan harapan(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."(QS.al-A'raf:56)
4. Di follow up dengan amal shalih. Artinya,salah satu amal shalih yang ikhlas dan diterima adalah amal yang melahirkan amal shalih berikutnya. Dengan demikian, rentetan amal shalih akan terus lahir hingga terwujudlah istiqhomah. Ulama menyatakan,
"Sesungguhnya, diantara buah keburukan adalah keburukan setelahnya, sebagaimana buah kebaikan adalah kebaikan setelahnya."(Ibnu Katsir:IV/192).
5. Hilangnya hasrat terhadap perkara duniawi dari amal-amal akhirat yang dillakukan. Yang di harapkan adalah ridha Allah. Ia beramal karena ketundukan dan cintanya kepada Allah dan berharap Allah ridha kepadanya. Adapun harta, kewibawaan, kemudahan urusan dunia, adalah paket dari amal shalih yang bisa diberikan, bisa pula ditahan dan diberikan saat di akhirat. Oleh karenanya, semua ini tidak perlu menjadi bagaian dari niat dalam beramal.
Menurut ibnu Taimiyyah, orang yang beramal dan hanya fokus pada niat mendapat balasan duniawi adalah orang yang menjadikan Allah hanya sekadar perantara untuk meraih tujuan duniawinya dan bukan tujuan utamanya. (Daru'at Ta'arudh III/132)
Akan lebih baik jika untuk tujuan-tujuan duniawi tidak dimasukkan dalam niat suatu ibadah tapi dalam do'a. Wujudnya berubah permohonan langsung kepada Allah. Doa yang tulus yang dibarengi segalanya jadi mudah dan mungkin.
Demikianlah, masih ada banyak indikasi lain dari ikhlas. Sebagai musafir ilallah, sebaiknya kita benar-benar mengetuhui dan berusaha spenuh hati untuk mengalikasikannya. Semoga bekal yang kita bawa benar-benar bekal yang bermanfaat dan bukan yang menyiksa karena tak berguna padahal berat.Aamiin
Wallahua'lam.
(Sumber:Majalah ar-Risalah/no.145/Vol.XII/10 Sya'ban-Ramadhan 1434H/Juli 2013. jl.DR.Muh.Hatta Kp.Madegondo. RT/RW:05/04, Grogol,Sukoharjo,Jawa Tengah.Telp. 0823 2719 0002)
Dikutip oleh: Ahmad Al-Faqir
Kota Tapis Berseri: Pringsewu,Lampung
Atrikel. Belajar Islam
0 komentar:
Posting Komentar
“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]