25 Agustus 2013

Bacaan Dalam Shalat

   بســـــــــــــــم الله الرحمن الرحيـــــــــــــــم

BACAAN DALAM SHALAT

=Membaca Ta'awwudz=


Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam membaca ta'awwudz untuk berlindung kepada Allah Ta'ala.
Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam membaca Ta'awwudz dengan mengucapkan,

أَعُو ذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

"Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari umpatannya, kesombongannya, dan sihirnya."

Terkadang  Beliau shalallahu 'alaihi wasallam, menambahkannya dengan membaca,

أَعُو ذُ باللهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّ جِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari Setan yang terkutuk, dari kesurupan karenanya, kesombongannya, dan syairnya(sihirnya)."(HR. Abu Dawud,  at-Tirmidzi,  ad-Darimi, ad-Daruquthni, ath-Thahawi, al-Baihaqi dan Ahmad)

Setelah itu Beliau shalallahu'alaihi wasallam membaca,

بسم الله الرحمن الرحيم

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang," dengan tanpa meninggikan atau mengeraskan suaranya. Hal ini sesuai dengan hadits berikut,

"Kami di beritahukan hadits oleh Syu'bah, dari Qatadah, dari Anas Bin Malik, 'Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar - semoga Allah meridhaii keduanya - memulai(bacaan dengan suara keras) shalat dengan, "SEGALA PUJI BAGI ALLAH, TUHAN SELURUH ALAM,"(al-faatihah;2)" (HR. Bukhari 2/180 dari kitab shahihnya dan dalam Juz'ul Qiraa'ah(halaman 12), Musliim 2/12 dan yang lainnya)

=Membaca Bacaan Al-Qur'an Ayat per Ayat=


Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam membaca surat al-Faatihah dengan memotong setiap penggalan ayat demi ayat.

بسم الله الرحمن الرحيم

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,"

(Kemudian Beliau berhenti, baru kemudian beliau membaca),

الحمد لله رب العا لمين

"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Allam,"

(Kemudian Beliau berhenti, baru kemudian beliau membaca),

الرحمن الرحيم

"Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"

(Kemudian Beliau berhenti, baru kemudian beliau membaca),

ما لك يو م الدين

"Yang mengusai Hari Pembalasan"

Demikianlah hingga akhir surah. Demikian pula bacaan beliau seluruhnya. Beliau shalallahu 'alaihi wasallam selalu beehenti pada setiap akhir ayat, dan beliau tidak menyambung ke ayat sesudahnya.

Hal ini berdasarkan hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu'anha,,

عن أم يلمة أنها سئلت عن قراءة رسول الله صل الله عليه وسلم فقالت كان يقتح قراءته آية.......ا

"Dari Ummu Salamah radhiyallahu'anha, bahwa dia ditanya tentang bacaan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, kemudian dia menjawab,'Sesungguhnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memotong setiap penggalan ayat demi ayat......(HR. Ahmad 6/302, Abu Dawud 2/169, al-Baihaqi 2/44, at-Tirmidzi 2/152-cet-Bulaq, dan lainnya..)

=Membaca Al-Faatihah Sebagai Rukun Dan Keutamaannya=


Beliau shalallahu 'alaihi wasallam selalu mengagungkan kedudukan surah al-Faatihah ini, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam,bersabda,

لاصلاة لمن لم يقرأ (فيها) بفا تحة الكتاب (فصا عدا)

"Tidak sah shalat seseorang apabila belum membaca(di dalamnya) surah al-faatihah(dan seterusnya)." (HR. Bukhari {dalam kitab shahihnya 2/190 dan dalam Juz'ul Qiraa'ah 2-3 dan 9 serta 25, dan dalam kitab Af'aalul 'Ibaad 92}, Muslim 2/8-9, dan yang lainnya...)

Beliau shalallahu 'alaihi wasallam,juga bersabda,

من صلى صلاة لم يقرأ فيها بأم القرأن فهي خداج هي خداج هي خداج غير تمام

"Barangsiapa shalat tidak membaca di dalamnya surah al-Faatihah, maka shalatnya kurang, shalatnya kurang, shalatnya kurang, tidak sempurna." ( HR. Malik dalam al-Muwaththa' 1/106, Muslim 2/9-10, dan yang lainnya..)

=Bacaan Bagi Makmum Di Belakang Imam Dalam Shalat Jahriyyah=

Sebelumnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah membolehkan makmum membaca al-Faatihah dengan keras. Akan tetapi, pada suatu shalat Shubuh, Beliau shalallahu 'alaihi wasallam merasa terganggu dengan bacaan seorang makmum.

Abdullah ibnush Shamit,berkata;

"Kami shalat di belakang Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, pada shalat Fajar, kemudian Rasulullah mulai membaca, namun beliau merasakan berat dan terganggu dalam membaca. Setelah selesai shalat, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, bersabda; 'Apakah kalian tadi ikut membaca bacaan di belakang imam kalian?' Mereka menjawab, ' Benar, akan tetapi dengan cepat dan tergesa-gesa(mengejar bacaan imam), wahai Rasulullah.'
Rasullah shalallahu 'alaihi wasallam,bersabda,'Janganlah kalian lakukan, kecuali kalian mambaca al-Faatihah. Sesungguhnya tidak sah shalat kecuali membacanya"

(HR. Bukhari {dalam Juz'il Qiraa'ah halaman 7 dan 22}, abu Dawud 1/131, at-Tirmidzi 2/116-117, ath-Thabrani {di dalam ash-Shaghiir halaman 134}, al-Baihaqi 2/164, Ahmad 5/313,316 dan 322, dan Ibnu Hazm {dalam al-Muhalla 3/236)

Tetapi kemudian membaca dengan cara ini dilarang sama sekali oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam dalam shalat jahriyyah.

"Bahwa sesungguhnya Rasulullah shalallahu 'alaihi  wasallam kembali dari shalat jahr.[dalam suatu riwayat lain dikatakan peristiwa ituu terjadi pada shalat Shubuh]. Beliau bertanya, 'Adakah tadi kalian mengikuti serta membaca denganku demikian shingga menggangu bacaanku? Abu Hurairah berkata; ' Maka, para sahabat berhenti membaca al-Qur'an dalam shalat di mana Rasulullah mengeraskan bacaannya ketika mereka mendengar teguran dari Rasulullah (mereka membaca dengan suara yang terdjengar untuk diri mereka sendiri, pada shalat di mana imam tidak mengeraskan suara.)"
(Hadits ini di takhrij oleh[ Malik dalam al-Muwaththa' 1/108, Bukhari dalam Juz'ul Qiraa'ah halaman 22, Abu Dawud 1/131, an-Nasa'i 1/146, at-Tirmidzi 2/118, ath-Thahawai 1/127, dan al-Baihaqi 2/157] )

Maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah menjadikan perkara berdiam saat imam membaca al-Qur'an menjadi syarat kesempurnaan bermakmum.
 
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam,bersabda;

إنما جعل الإمام ليؤ تم به فإذا كبرفكبروا وإذا قرأفأنصتوا

"Sesungguhnya dijadikannya imam itu agar diikuti oleh mekmum. Maka apabila imam mengucapkan takbir, ikutilah mengucapkan takbir. Bila imam membaca, maka (janganlah kalian membaca Al-Qur'an)diam dan dengarkanlah." ( Hadis ini di takhrij oleh { ibnu Abi Syaibah 1/97/1 = [1/331/3799]} dan abu Dawud 1/99, an-Nasa'i 1/146, Ibnu Majah 1/279, ath-Thahawi 1/128, ad-Daruquthni  124, dan Ahmad 2/240)

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah menetapkan bahwa menyimak bacaan imam, telah cukup menggantikan bacaan makmum di belakangnya. Oleh karena itu, makmum yang mendengarkan bacaan imam tidak perlu lagi turut membacanya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam,bersabda;

من كان له إمام فقراءة الإمام له قراءة

"Barangsiapa shalat bermakmum kepada seorang imam, maka bacaan imam adalah menjadi bacaannya juga." Ini untuk shalat-shalat yang jahr(imam membaca dengan keras)"
(HR.imam Muhammad dalam al-Muwaththa' 94-96 dan dalam al-Atsar 16, ath-Thahawi 1/128, ad-Daruquthni 122 dan 123, al-Baihaqi 2/159)

=Kewajiban Membaca Pada Shalat Sirriyyah=

Adapun pada shalat-shalat yang harus membaca tanpa suara(sirriyyah) Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, telah menetapkan keharusan membaca al-Qur'an padanya,

Jabir radhiyallahu'anhuma,berkata;

كنا نقرأ في الظهروالعصر خلف الإمام في الر كعتين الا وليين بفا تحة الكتا ب وسورة وفي الأخريين بفا تحة الكتاب

"Kami membaca al-Faatihah dan surat al-Qur'an pada shalat Zhuhur dan Ashar di belakang imam pada dua rakaat pertama, sedangkan pada dua rakaat berikutnya membaca al-Faatihah(saja)."
(HR. Abu Dawud 1/142, an-Nasa'i 1/165, dan lainnya..)

Namun, Sesungguhnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengingkari munculnya gangguan di sebabkan membaca itu. Hal itu pernah terjadi pada suatu shalat ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menunaikan shalat zuhur,

"Dari Imran bin Hushain bahwa sesungguhnya Nabi shalallahu 'alaihi wasallam sedang menunaikan shalat zuhur atau ashar, dan seorang sahabat membaca (dengan suara yang kedengaran) di belakang beliau. Setelah selesai beliau bertanya, 'Siapa di antara kalian yang membaca (surah al-A'laa)?' Maka, seseorang dari kaum itu menjawab, ' saya, dan saya tidak menghendaki kecuali kebaikan.' Maka, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Aku telah mengetahui bahwa sebagian kalian telah menyaingiku dalam membaca.'"
(HR. Muslim 2/11-12, Abu Uwanah, dan al-Bukhari {dalam kitab Juz'ul Qiraa'ah 9,10,11,22}, abu Dawud 1/132, an-Nasa'i 1/146, ad- Daruquthni 155, al-Baihaqi 2/162, ath-Thayalisi 114, dan Ahmad 4/226 dan 431,441)

Oleh karena itu hendaknya para makmum membaca al-Qur'an dengan lirih dengan di dengar oleh diri sendiri, jangan sampai mengganggu teman atau imam karena bacaan kita-pent)

=Mengucapkan Aamiin dan Perihal Imam Meninggikan Suara dalam Mengucapkannya=

Disebutkan bahwa ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam selesai membaca al-Faatihah, beliau shalallahu 'alaihi wasallam mengucapkan aamiin dengan suara jelas dan panjang. Sesungguhnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memerintahkan orang-orang yang bermakmum untuk mengucapkan "aamiin" langsung setelah imam memulai mengucapkannya.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, bersabda;

"Apabila imam selesai membaca,'...bukan(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.'(al-Faatihah;7), maka katakanlah,'aamiin'( Sesungguhnya malaikat mengucapkan aamiin dan imam pun mengucapkan aamiin)".(HR.asy-Syaukani 2/187, al-Hafizh Abu Zur'ah[al-Iraqi] 2/266)

Dalam hadits lain, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam,bersabda;
فهولوا آمين يجبكم الله

"Maka katakanlah oleh kalian,'amin'. Sesungguhnya Allah pasti mengabulkan permintaan kalian." (HR. Muslim 2/14-15, abu Uwanah 2/128, Abu Dawud 1/153-154, an-Nasa'i 1/162 dan 175 dan 188, ad-Darimi 1/315, al-Baihaqi 2/140-141.)

Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam,bersabda;

ما حسد تكم اليهود على شيء ما حسد تكم على السلام والتأمين (خلف الإمام)

"Tidak ada sesuatu yang paling menjadikan orang-orang Yahudi iri kepada kalian, kecuali ucapan salam dan amin(di belakang imam)." (Hadits ini shahih dari sekelompok sahabat - radhiyallahu'anhum - Riwayat. Ibnu Majah 1/281,


Pringsewu, Lampung
18 Syawal 1434H


Belajar Islam


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Bacaan Dalam Shalat

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter