10 Juni 2014

Belajar Taat Dari Kisah Istri Durhaka

Bismillah


Belajar Taat Dari Kisah Istri Durhaka


Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan kisah nyata yang terjadi di masa lampau untuk diambil pelajarannya dan dijadikan sebagai peringatan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).(QS.  An-Nazi'at: 26)

Oleh karenanya tidak ada salahnya sebagai para istri masa kini Anda belajar ketaatan justru  dari kisah-kisah yang telah Allah sebutkan di dalam al-Qur'an tentang perangai dan difat para istri yang durhaka di masa lampau.  Bukan hendak belajar durhaka, namun sebagaimana para istri mengerti kedurhakaan  sehingga bisa menjauhinya.
Bukan ingin belajar membangkang, namun bagaimana para istri hendaknya menjadi taat kepada suami agar tidak senasib dengan mereka para istri yang suka membangkang.

Istri Nabi Nuh 'Alaihissalam dan Istri Nabi Luth 'Alaihissalam Yang Durhaka.

Allah telah memberikan permisalan buat para istri masa kini yang masih lemah dalam ketaatan yang hendaknya direnungkan dan dijadikan pelajaran. Ialah permisalan dua istri durhaka, padahal suami mereka seorang Nabi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

"Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".(QS. At-Tahrim: 10)

Coba perhatikan, betapa eratnya hubungan antara suami dengan istri dalam pergaulan siang dan malam harinya. Bahkan dalam menghadapi hidangan yang sangat mungkin sepiring berdua, terlebih lagi keintiman dalam persetubuhan. Semuanya menunjukkan bahwa suami dengan istri telah tenggelam dalam pembauran yang sangat erat.

Namun apa yang terjadi bila antara keduanya beda isi hati??
Si suami berhati jernih  sebab cahaya iman, sementara si istri hatinya pekat sebab kelamnya kekufuran.

Itulah permisalan yang disebut dalam ayat di atas. Dan tidak menutup kemungkinan yang terjadi dirumah tangga pasutri masa kini adalah sebaliknya.

Si istri mukminah shalihah, sementara suami kelam dalam kekufuran. Yang pasti, seerat apapun hubungan dua orang pasutri, bila berbeda isi hatinya antara iman dan kufur, maka sedikit pun si mukminah tak bermanfaat bagi si kafir sehingga ia kuasa menolak adzab-Nya, dan si kafir tak juga membahayakan si mukmin sehingga ikut menyeret ke dalam neraka.

Introspeksi

Pada permisalan yang Allah peruntukkan bagi pasutri masa kini ini terdapat banyak pelajaran, jika kita mau mentadabburinya.

Pasutri masa kini bukan tidak mungkin sama keadaannya dengan kisah Nabi Nuh dan Nabi Luth bersama istri mereka.  Di saat seorang suami shalih dan taat ternyata ia begitu menderita sebab istrinya yang durhaka. Sekiranya suami Anda sebagaimana Nabi Nuh dan Nabi Luth, seorang yang shalih, nyatanya imannya tidak akan bermanfaat buat Anda bila anda tidak mengimbanginya dengan keimanan semisal.

Sekiranya istri Anda justru shalihah lagi taat, sementara Anda sebagai suami berlagak di hadapannya, karena Anda yang berkuasa di rimah tangga Anda, maka kedurhakaan itu hanya akan Anda tuai sendiri akibat buruknya. Dan sedikitpun keimanan istri Anda tidak bermanfaat buat Anda dari hikuman Allah.

Karenanya, saat pasangan Anda lebih dulu mendapat hidayah, tidak ada pilihan yang lebih baik bagi Anda selain mengikuti hidayah yang telah di dapatkan olehnya.

Banyak terjadi belakangan ini sang suami yang lebih luas hubunganb pergaulaannya sampai akhirnya menemukan majelis ilmu, sehingga ia diberi hidayah oleh Allah.
Begitu ia bawa pulang hidayah tersebut untuk ia sampaikan kepada istrinya dan keluarganya, nyatanya tidak semua istri dengan kelapangannya menerima pelajaran dari suaminya.

Dengan berbagai alasan ia enggan menjemput hidayah, padahal jalan hidayah sudah di hadapannya.
Ia menunggu seorang Ustadz yang menerangkannya, sehinnga ia bisa menerimanya, padahal ia enggan diajak datang ke majelis pengajian. Ia menunggu hidayah menghampirinya, padahal jalan hidayah telah terbentang di hadapannya,namun ia enggan menitinya.
Dan masih banyak lagi kilah-kilah lainnya. Akibatnya, hubungan pasutri oun tak lagi sejuk. Itulah sebagian akibat dari keengganan menerima hidayah.

Tidak jarang pula si istri justru lebih dahulu mendapatkan hidayah.  Dengan sarana medis masa yang mampir kerumahnya, saat ia sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ia tidak sengaja memutar radionya dan tepat pada gelombang siaran sunnah sehinnga hidayah pun mulai menyapanya.
Setiap ia mengulang memutarnya setiap itu juga semakin hatinya terbuka pintu hidayah hatinya sehinnga semakin banyak pengetahuan yang ia dapat.

Namun begitu, ia ingin berbagi kebaikan kepada suaminya. Nyatanya, banyak juga para suami yang masih berlagak, sombong dan berpaling dari seruan hidayah.  Ia pun banyak berargumen,  namun semuanya tidak mendasar. Hanya satu kata Kesimpulannya, bahwa ia enggan menerima hidayah. Sebagai akibatnya, istri tidak lagi merasa nyaman jiwanya, suaminya juga semakin menjadi-jadi kedurhakaannya. Nas'alullahal 'afiyah.......

Pada kasus ini Allah Ta'ala memberikan permisalan dengan berfirman:

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. (QS. At-Tahrim: 11)

Maksudnya, sebaliknya, sekalipun istri seorang kafir laksana Fir'aun,  namun bila ia mengikuti hidayah Allah, ia akan dimasukkan ke dalam surga tanpa suaminya.

Semestinya disadari kembali, sebagaimana saat pertama memadu cinta kasih, mengasah asa bersama menuju visi dan misi hidup ke depan yang lebih baik, seyogiyanya pasutri saling mengimbangi dan mengerti. Imbangilah kebaikan dan ketaatan pasangan kepada Allah dengan kebaikan dan ketaatan serupa atau yang lebih baik lagi. Semoga pasangan Anda pun termotivasi mengejar kebaikan dan ketaatan Anda.

Lalu mengertilah, bahwa pasangan Anda dengan usahanya memberitahukan jalan hidayah menuju kataatan adalah demi cita-cita dan asa Anda berdua, bukan semata-mata buat dirinya.
Semoga dengan demikian Anda akan mudah dan lapang dada menerima jalan hidayah dan dengan keharmonisan Anda berdua bersama keluarga meniti jalan ketaatan.
Wallahul muwaffiq





Oleh:
Ustadz. Abu Ammar al-Ghoyami

Sumber: Majalah Al-Mawaddah vol.72 - Jumadal Ula 1435 H. Hal. 28-29


Disalin oleh:
Radinal Maasy bin Abdullah

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Belajar Taat Dari Kisah Istri Durhaka

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter