16 Februari 2014

Hukum Berdiri Menyambut Orang yang Datang

Hukum Berdiri Menyambut Orang yang Datang


Pertanyaan: 

"Ketika seseorang masuk, sementara kami sedang duduk di suatu majlis, para hadirin berdiri untuknya, tapi saya tidak ikut berdiri.
Haruskah saya ikut berdiri, dan apakah orang-orang itu berdosa?

Jawaban:

"Bukan suatu keharusan berdiri untuk orang yang datang, hanya saja ini merupakan kesempurnaan etika, yaitu berdiri untuk menjabatnya (menyalaminya) dan menuntunnya, lebih-lebih bila dilakukan oleh tuan rumah dan orang-orang tertentu.
Yang demikian ini termasuk kesempurnaan etika.

'Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdiri untuk menyambut Fathimah, Fathimah pun demikian untuk menyambut kedatangan beliau.' (HR. Abu Daud dalam al-Adab no. 5217, At-Tirmidzi dalam al-Manaqib no.3871).

'Para sahabat juga berdiri untuk menyambut Sa'd bin Mu'adz atas perintah beliau, yaitu ketika Sa'd tiba untuk menjadi pemimpin Bani Quraizah.' (HR. Al-Bukhari dalam al-Jihad no.3043, Muslim dalam al-Jihad no.1768).

'Thalhah bin Ubaidillah juga berdiri dan beranjak dari hadapan Nabi shallallahu  'alaihi wa sallam ketika Ka'b bin Malik datang setelah Allah menerima taubatnya, hal itu dilakukan Thalhah untuk menyalaminya dan mengucapkan selamat kepadanya, kemudian duduk kembali.'(HR. Al-Bukhari dalam al-Maghazi no. 4418, Muslim dalam at-Taubah no. 2769).

Peristiwa ini disaksikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau tidak mengingkarinya. Hal ini termasuk kesempurnaan etika.

Permasalahannya cukup fleksible. Adapun yang mungkar adalah berdiri untuk pengagungan.

Namun bila sekedar berdiri untuk menyambut tamu dan menghormatinya, atau menyalaminya atau mengucapkan selamat kepadanya, maka hal ini disyari'atkan. Sedangkan berdirinya orang-orang yang sedang duduk untuk pengagungan, atau sekedar berdiri saat masuknya orang dimaksud, tanpa maksud menyambutnya atau menyalaminya, maka hal ini tidak layak dilakukan.

Yang lebih buruk dari itu adalah berdiri untuk menghormat, sementara yang dihormat itu duduk. Demikian ini bila dilakukan bukan dalam rangka menjaganya tapi dalam rangka mengagungkannya.


Berdiri untuk seseorang ada tiga macam: 

Pertama

Berdiri untuknya sebagai penghormatan, sementara yang dihormat itu dalam keadaan duduk, yaitu sebagaimana yang dilakukan oleh rakyat jelata terhadap para raja dan para pembesar mereka.

Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa hal ini tidak boleh dilakukan, karena itulah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh para sahabatnya untuk duduk ketika beliau shalat sambil duduk, beliau menyuruh mereka supaya duduk dan shalat bersama beliau sambil duduk.
(Silakan lihat, riwayat al-Bukhari dalam al-Adzan no. 689, Muslim dalam ash-Shalah no. 411,dari hadits Anas).

Seusai shalat beliau bersabda, "Hampir saja tadi kalian melakukan seperti yang pernah dilakukan oleh bangsa Persia dan Romawi, mereka (biasa) berdiri untuk para raja mereka sementara para raja itu duduk. " (HR. Muslim dalam ash-Shalah no. 413,dari hadits Jabir).

Kedua

Berdiri untuk seseorang yang masuk atau keluar tanpa maksud menyambut/mangantarnya atau menyalaminya, tapi sekedar menghormati.

Sikap seperti ini minimal makruh. Para sahabat tidak pernah berdiri untuk Nabi Shallallahu' alaihi Wa sallam apabila beliau datang kepada mereka, demikian ini karena mereka tahu bahwa beliau tidak menyukai hal tersebut.

Ketiga

Berdiri untuk menyambut yang datang atau menuntunnya ke tempatnya atau mendudukkannya di tempat duduknya dan sebagainya. Yang demikian ini tidak apa-apa, bahkan termasuk sunnah, sebagaimana yang telah dijelaskan di muka.

Oleh:
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah

Rujukan: 
Majmu' Fatawa Ibn Baz, juz 4, hal. 394. 
(Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq)

Disalin oleh:
Radinal Maasy

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Hukum Berdiri Menyambut Orang yang Datang

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter