28 Agustus 2014

Kiprah Istri Menjadi Pendidik Terbaik

Kiprah Istri Menjadi Pendidik Terbaik


Wanita Lebih Tepat Menjadi Pendidik

Sebagaimana Allah Ta'ala telah menjadikan kaum laki-laki lebih utama atas wanita dalam beberapa sisi, ternyata para wanita juga memiliki keistimewaan yang tidak di miliki oleh kaum lelaki.
Wanita memiliki beberapa kelebihan dibanding kaum pria dari beberapa sisi, diantaranya ialah bersifat lembut dan penyabar yang disukai oleh anak-anak, terutama ketika ia masih kecil. Sifat ini hendaknya disyukuri oleh istri bila telah dikaruniai anak. Oleh karena itu ketika anak ditinggal mati oleh ayahnya kebanyakan tidak terlalu sedih bila dibandingkan ibunya yang meninggal dunia.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam memuji para wanita anshar karena sifat lembutnya kepada anak-anak.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

صالح نساء قريْش أحْناه على ولدفي صغره وأرْعاه على زوْج في ذات يده

"Sebaik-baik wanita Quraisy adalah yang paling bersifat lembut terhadap anak di masa kecilnya, dan yang paling pandai menjaga amanah suaminya."(HR. Bukhari: 4946)

Kesabaran wanita mendidik anak bukan hanya akan mendapatkan jaminan masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. Bahkan dalam kehidupan dunia ia akan hidup berbahagia dalam rumah tangganya. Bagaimana tidak? Suami akan merasa berutang budi kepada istri karena telah berhasil mendidik anak-anak mereka dan menjaga amanah suami dengan sebaik-baiknya.

Mengingat sangat penting kelembutan dan kesabaran di dalam dunia rumah tangga, maka ketika pria ingin menikah, dianjurkan supaya memilih pasangan hidup yang berjiwa lembut dan penyayang, bahkan jika bisa dari keturunan yang banyak anaknya juga.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

تروّ جوا الْودود الْولود

"Menikahlah dengan wanita penuh kasih sayang dan subur."1

Kisah ibu teladan yang bersabar mendidik anak

Istri yang bersabar dan ulet mendidik anak, imbalannya adalah surga dan di jauhkan dari api neraka.
Aisyah radhiyallahu'anha, istri Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Ada seorang wanita bersama dua anaknya pernah datang kepadaku. Dia meminta (makanan) kepadaku, namun aku tidak memiliki sesuatu yang dapat dimakan melainkan satu butir kurma, kemudia aku memberikan kepadanya dan ternyata dia membagi untuk dua anaknya. Setelah itu wanita itu berdiri dan beranjak keluar. Tiba-tiba Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam datang dan aku pun memberitahukan peristiwa yang baru aku alami itu. Kemudian beliau bersabda:

منابْتلى منْ هذه الْبنات بشىْء كنّ له ستْرا من النّار

"Barangsiapa yang diuji sesuatu karena anak-anak perempuannya, lalu ia berlaku baik terhadap mereka maka mereka juga akan melindunginya dari api neraka." (HR. Bukhari: 5535)

Istri yang mengilmui agama adalah pangkal kebaikan anak

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, bahwa dunia ini adalah keindahan tetapi puncak keindahannya adalah wanita yang shalihah.
Maka jika istri tergolong shalihah, tentu anak akan dididik agar menjadi shalih dan shalihah juga. Begitulah fitrah manusia, ingin kebaikan bisa diwarisi oleh anaknya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الدّنيا متاع وخيْرمتاع الدّنْيا الْمرْأة الصّالحة

"Dunia adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita yang shalihah."(HR. Muslim: 2668)

Karena istri sangat berperan di dalam dunia pendidikan anak di rumah tangga, maka kaum pria bila mau menikah, dianjurkan bukan hanya memilih kecantikan paras, tetapi kecantikan hati dan akhlaknya juga. Sedangkan kecantikan hati akan diperoleh bila seorang wanita memiliki ilmu agama yang kuat.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

تنْكح الْمرْأة لأرْبع لما لها و لحسبها وجما لها ولدينها، فاظْفرْ بذات الدّين تربتْ يداك

"Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamnya. Maka pilihlah karena baik agamanya, niscaya kamu akan beruntung."(HR. Bukhari: 4700)

Wanita menjadi baik agamanya dan akhlaknya bila dia berada di rumah, senantiasa membaca al-Qur'an dan hadits, serta memahami dan mengamalkan apa yang telah diilmui olehnya.
Allah Ta'ala berfirman:

وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَىٰ فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا

"Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui."(al-Ahzab:34)

Para istri adalah idola dan pengatur anak-anak

Keberadaan wanita tidak sama dengan keberadaan pria, apabila saat dia telah berkeluarga.
memang tugas mendidik anak adalah milik bersama antara suami dan istri. Namun kenyataanya tugas suami lebih banyak di habiskan di luar untuk mencari nafkah. Maka kewajiban istri yang berada di rumah lebih banyak daripada suami ketika sedang tidak di rumah.

Allah Ta'ala memilihkan tempat tinggal bagi istri yang lebih aman dan lebih mudah saat mengurusi kebutuhan rumah tangganya, yaitu di rumah.
Sebagaimana telah Allah gambarkan dalam surat al-Ahzab: 33. Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan istri-istri Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam agar berdiam diri di rumah dan tidak sering keluar bersolek sebagaimana yang diperbuat oleh wanita-wanita jahiliyyah. Supaya dapat ditiru oleh wanita muslimah.

Keberadaan wanita apabila ia sudah berumah tangga, tatkala ia diperintahkan untuk tinggal di dalam rumah, memang sudah pas dan sesuai dengan kebutuhan kehidupan berumah tangga dan kemampuan wanita.  Bukankah anak kecil lebih banyak keberadaanya di dalam rumah daripada di luar, apalagi anak itu jumlahnya banyak. Maka mereka lebih selamat bila berada di rumah daripada dibawa keluar.
Keberadaan istri juga demikian, jika ia membawa  anak di luar rasanya akan lebih repot daripada mereka di rumah.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

والْمرْأة راعية على بيت بعْلها وولده وهْى مسْئولة عنْهمْ

"Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya. Dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya."(HR. Bukhari: 2/901)

Indahnya pendidikan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam ini, bahwa istri bukan hanya bertanggung jawab kepada hal yang ada hubungannya dengan hak suami yang harus dilaksanakan oleh pihak istri, tetapi beliau menyebutkan bahwa istri bertanggung jawab atas anak-anak suami, dan anaknya sendiri juga. Begitulah nikmatnya menjadi istri bila mau menerima sunnah Rasulullah shalallhu 'alaihi wa sallam.

Para istri hendaknya berusaha menjaga fitrah anak-anak

Anak adalah nikmat dan amanah yang Allah titipkan kepada para orang tua, buah hati yang harus dijaga, bukan hanya menjaga kesehatan fisiknya saja sebagaimana umumnya orang. Tetapi lebih dari itu, istri hendaknya menjaga fitrah anak yang suci agar ia tidak terkena noda yang mengakibatkan kerugian anak juga keluarga.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

كل موْلود يولد الْفطْرة فأبواه بهوّدانه أوْينصرانه أوْيمجّسا نه كمثل الْبهمة تنْتخ الْبهيمة هل ترى فيها جد عاء

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya yahudi, atau menjadikannya nasrani, atau yang menjadikannya majusi, seperti lahirnya binatang ternak, apakah kamu melihatnya cacat hidung dan telinganya?"(HR. Bukhari 5/321)

Insya Allah jika istri memiliki bekal ilmu agama Islam yang cukup, dan sering menuntut ilmu syar'i, akan mampu mendidik anaknya, menjaga kesucian fitrahnya, mengawasi setiap saat bagaimana tingkah laku anaknya dan anak sendiri akan selalu berada dalam pengawasan ilmu yang dikomandoi oleh ibunya. Anak menjadi shalih dan shalihah serta terhindar dari  fitnah kerusakan akidah dan moral kemungkinannya menjadi sangat besar.

Semoga keterangan singkat ini dapat membantu para istri yang sekaligus menjabat sebagai ibu dalam menjalankan tugasnya di rumah suami menuju keridhaan Allah 'Azza wa Jalla.


Oleh:
Ustadz. Aunur Rofiq Bin Ghufron, Lc.



Catatan:
--------------


1. HR. Abu Dawud 6/288 dishahihkan oleh al-Albani 1/515


Sumber:
Majalah "al-Mawaddah-majalah keluarga muslim" - vol.69 - Safar 1435 H

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Kiprah Istri Menjadi Pendidik Terbaik

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter