13 Maret 2014

Kehancuran Umat Islam Akibat Meninggalkan Sunnah

Bismillahirrahmanirrahim


Kehancuran Umat Karena Menolak Sunnah



وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا ۖ فَتِلْكَ مَسَاكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِنْ بَعْدِهِمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِين()
وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَىٰ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُون()ََ

"Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil. Dan Kami adalah Pewaris(nya). Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman."(QS. Al-Qasas: 58-59)

Makna Ayat Secara Umum

Al-Syaikh 'Abdurrohman ibn Nasir al-Sa'di rahimahullah berkata, "Allah mengabarkan bahwa orang yang mendustakan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yaitu suku Quraisy dan penduduk Mekah, mereka berkata kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, 'jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami. Kami akan dibunuh, ditawan, dan harta kami dirampas. Oleh sebab itu, manusia memusuhi kamu, menolak seruanmu. Jika kami harus mengikuti kamu maka kami  akan dimusuhi oleh manusian.
Tentu kami tidak mampu melawan mereka. '

Inilah perkataan mereka, mereka menuduh jelek kepada Allah Ta'ala, bahwa Allah Ta'ala tidak akan menolong agama-Nya, tidak akan menjunjung tinggi agama-Nya, sebaliknya Allah Ta'ala akan memenangkan agama penduduknya.
Oleh sebab tuduhan inilah, Allah Ta'ala menimpakan azab kepada mereka karena mereka mengira bahwa kebathilan akan mengalahkan kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. " (Tafsir Karim al-Rahman 1/620)

Definisi As-Sunnah

As-Sunnah(sunnah), ditinjau dari segi bahasa bermakna al-Tariq(jalan) dan al-Sirah (perjalanan hidup). Sunnah menurut bahasa ini tidak semuanya baik, tetapi ada yang jelek.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"من سن في الإسلام سنة حسنة.....
ومن سن فيرالإسلام سنة سيئة..."

"Barangsiapa menempuh jalan yang baik dalam islam.......dan barangsiapa yang menempuh jalan yang buruk dalam Islam.....(HR. Muslim 8/61 no. 1868)

Adapun As-Sunnah(Sunnah) menurut istilah adalah keyakinan, amalan, dan perkataan yang bersumber dari al-Qur'an dan hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang shahih dan penjelasan para sahabat Radhiyallahu'anhum.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"فمن رغب عن سنتى فليس منى"

"Maka barangsiapa yang membenci sunnahku bukanlah golonganku."(HR. Bukhari dan Muslim)

Kata Sunnah di sini adalah mencakup apa yang ada dalam al-Qur'an dan hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang shahih sebagaimana yang dikatakan oleh al-Syaikh 'Abdurrohman Muhsin ibn Hamd al-'Abbad hafizahullah di dalam kitabnya, al-Hasthu alal Ittiba'.

Umat islam wajib kembali kepada sunnah Sahabat Radhiyallahu'anhum pula karena Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. :

"فعليكم بسنتى وسنة الخلفاء المهديين الراشدين"

"Maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapat petunjuk." (HR.  Ad-Darimi 1/44 dan dinilai shahih oleh Al-Albani)

Inilah maksud kami penjabaran makna As-Sunnah(Sunnah) di dalam pembahasan di atas; bukan hanya sunnah menurut istilah ahli fiqih yang artinya bila dikerjakan maka dapat pahala dan bila ditinggalkan maka tidak dapat pahala dan tidak pula disiksa.

Bencana Adalah Takdir Ilahi

Di antara rukun ima  yang wajib diimani oleh setiap kaum mukminin ialah beriman kepada qada dan takdir, semua kejadian dan bencana telah diketahui oleh Allah Ta’ala, ditulis-Nya di Lauh Mahfuz, dikehendaki-Nya, dan hanya Allah Ta'ala yang menciptakannya. Apa yang ditakdirkan oleh Allah Ta'ala pasti terjadi, tidak satu pun makhluk yang bisa menolaknya.

Allah Ta'ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."(QS. Al-Hadid: 22)

Allah Ta'ala berfirman:

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَ

"Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk kami."(QS. Al-Taubah: 51)


Mengapa Musibah Menimpa?

Allah Ta'ala memerintahkan kita agar berusaha. Allah Ta'ala menakdirkan sesuatu dengan sebab. Orang punya anak karena menikah, kenyang karena makan. Demikian juga bencana menimpa karena ada sebabnya.

Allah Ta'ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِير()وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الْأَرْضِ ۖ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah."(QS. Asy-Syura: 30-31)

Dengan dasar ayat ini, kita kaum muslimin hendaknya mencari sebabnya mengapa bencana dan kehancuran melanda di beberapa negara,bahkan melanda kepada umat Islam juga.

Peringatan Datang Sebelum Kebinasaan

Allah Yang Maha Belas Kasihan tidak menghancurkan suatu kaum melainkan setelah kaum itu diberi peringatan. Ini menunjukkan belas kasihan Allah Ta'ala dan keadilan-Nya kepada hamba.
Seandainya kezaliman mereka tidak dihukum, tentu tidak ada bedanya antara kaum yang taat dan yang melanggar, dan ini tidak boleh bagi Allah Ta'ala karena Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Ibn Kasir rahimahullah berkata, "Allah Ta'ala memberitahukan sifat adil-Nya kepada hamba, bahwa Allah Ta'ala tidak akan menghancurkan umat melainkan setelah mereka diberi peringatan, dan peringatan itu berupa diutus seorang utusan dan ditegakkan hujjah pula bagi mereka.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا لَهَا مُنْذِرُونَ
ذِكْرَىٰ وَمَا كُنَّا ظَالِمِينَ

"Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan, untuk menjadi peringatan. Dan Kami sekali-kali tidak berlaku zalim."(QS. Asy-Syura: 208-209)

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:"Mereka tidak dihancurkan oleh Allah Ta'ala dan tidak diazab sehingga Allah Ta'ala mengutus kepada mereka seorang utusan. Sungguh amat banyak riwatat yang menjelaskan hal ini. Seandainya ada sebagian manusia, risalah itu belum sampai kepada mereka di dunia, maka akan diutus utusan besok pada Hari Kiamat di padang Mahsyar."(Majmu' Fatawa Ibn Taimiyyah (Tafsir) 5/313)

Bencana Tertunda Bila Penduduknya Pembela Sunnah

Ahlussunnah hendaknya serius menyampaikan kebenaran dan memberantas semua kemaksiatan, seperti syirik, bid'ah, dan kemaksiatan lainnya, sekalipun umat merasa resah karena tidak cocok dengan hawa nafsunya.

Sebab, dengan amar makruf dan nahi mungkar, menyeru umat agar bertauhid dan dan memberantas perbuatan syirik dan bid'ah, Allah Ta'ala membendung terjadinya bencana sebagaimana yang pernah dialami oleh para utusan Allah Ta'ala dan sahabatnya.

Allah Ta'ala berjanji dalam firman-Nya:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ

Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan"(QS.  Hud: 117)

Al-Imam al-Qurtubi rahimahullah berkata:

"Maksud ayat 'sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan' penduduknya mau melaksanakan kewajiban dirinya kepada Allah Ta'ala dan kepada makhluk. Allah Ta'ala tidak hanya menghancurkan negeri karena penduduknya kafir,  tetapi(juga) dengan sebab kemaksiatan lainnya,  seperti kaum Nabi Syu'aib 'alaihissalam hancurkan karena mengurangi takaran dan timbangan, kaum Luth 'alaihissalam dihancurkan karena melakukan homoseksual.  Ini menunjukkan bahwa kemaksiatan menyeret manusia kepada kebinasaan dunia, sekalipun perbuatan syirik lebih berat hukumnya di akhirat.  Ada lagi yang berpendapat bahwa makna ayat ini selagi penduduknya ahli tauhid dan tidak berbuat syirik maka Allah tidak akan menurunkan azab. "
(Tafsir Al-Qurtubi 9/114)

Abu muhammad al-Baghawi rahimahullah berkata: "Allah Ta'ala tidak menghancurkan mereka karena mereka berbuat syirik selagi masih ada orang yang kuat tauhidnya,  berbuat adil, dan tidak berbuat zalim satu sama lain. Akan tetapi Allah Ta'ala menghancurkan mereka tatkala mereka saling berbuat zalim.  Dan ada lagi yang berpendapat bahwa mereka dihancurkan karena kekufuran dan kemaksiatan mereka. " (Tafsir Ma'alim al - Tanzil 4/206)

Al-Syaikh Abdurrahman ibn Nasir al-Sa'di rahimahullah berkata: "Mereka tidak dihancurkan oleh Allah Ta'ala sebab kezaliman mereka yang telah lewat apabila mereka mau kembali kepada kebenaran dan mau memperbaiki dirinya, karena Allah Ta'ala telah mengampuni dosa mereka. "(Tafsir Karim al-Rahman 1/392)

Sebaliknya, jika Ahlussunnah tidak memberantas kemungkaran,padahal mereka mampu memberantas-nya, maka Allah Ta'ala meratakan bencana kepada orang yang tidak berbuat dosa juga.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"إن الناس إذا رأوا الظالم فلم يأ خذوا على يديه أوشك أن يعمهم لله بعقاب"

"Sesungguhnya orang yang melihat kezaliman kemudian ia tidak mencegahnya dengan tangannya sendiri, maka nyaris Allah Ta'ala menimpakan azab kepada mereka semua. "(HR. Abu Dawud 2/525, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam:

"Tidaklah kemaksiatan dilakukan di sebuah kaum, kemudian mereka menyadari bahwa mereka mampu untuk mencegahnya, namun mereka tidak melakukannya, melainkan nyaris saja Allah Ta'ala akan menimpakan azab kepada mereka bersama kaum tersebut."
(HR. Abu Dawud 2/525,dinilai shahih oleh Al-Albani)

Umat Islam Kalah Bila Berambisi Dunia

Umat islam pada awalnya mulia karena berpegang kepada Sunnah Rasulullah shalallahu ' alaihi wa sallam dan Sunnah para sahabat Radhiyallahu'anhum.  Mereka menang melawan orang kafir Quraisy, Yahudi, Nashrani, dan Majusi, bahkan agama Islam berkembang di beberapa negara terutama pada zaman Khalifah 'Umar bin Al Khottob radhiyallahu ' anhu dan sesudahnya karena mereka menolong agama Allah Ta'ala.  Akan tetapi kita jumpai di zaman sekarang sebagian kaum muslimin tertindas karena ambisi duniawi dan melupakan urusan ibadahnya.

Dari Sauban radhiyallahu'anhu, Rasulullah shalallahu ' alaihi wa sallam bersabda:

"Umat-umat akan mengelilingi kalian sebagaimana orang-orang yang makan(dengan lahap)mengelilingi piring-piringnya" para sahabat bertanya, "Apakah karena sedikitnya kami pada saat itu?" Beliau menjawab, "Tidak, bahkan kalian banyak(jumlahnya) pada saat itu, tetapi kalian adalah seperti buih di lautan, dan Allah Ta'ala benar-benar akan mencabut kegentatan di hati musuh kalian, dan Dia benar-benar akan menanamkan WAHN kedalam hati kalian." Mereka bertanya,  "Wahai Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, apakah Wahn itu?"Beliau menjawab, " Cinta Dunia dan takut mati." (HR. Abu Dawud 2/514, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Al-Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, "Aku mengatakan: di dalam hadits ini terdapat penjelasan mengenai adanya satu penyakit di antara sekian penyakit lainnya yang akan mengakibatkan kaum muslimin terperosok kedalam kenyataan yang mengenaskan ini, yaitu(penyakit) cinta dunia dan takut mati. Dan ini erat kaitannya dengan apa yang telah aku katakan di muka, yakni keharusan bagi kita adanya Tasfiyah dan Tarbiyah.

Penggalan kalimat (Tasfiyah/pemurnian dan tarbiyah/pendidikan) ini, (yaitu kalimat tarbiyah) artinya harus menarbiah(mendidik/membina)kaum muslimin zaman sekarang dengan satu tarbiyah yang pada intinya dapat menghindarkan mereka agar jangan sampai terfitnah dengan dunia sebagaimana yang dialami orang-orang sebelum mereka.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Demi Allah Ta'ala sebenarnya bukan kekafiran yang aku khawatirkan pada kalian. Akan tetapi,  yang aku khawatirkan adalah jika kalian diberikan harta yang banyak, sebagaimana orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian saling berlomba-lomba untuk meraih harta tersebut sebagaimana mereka. Namun, akhirnya harta tersebut bukannya membahagiakan kalian, tetapi bahkan mencelakakan kalian-sebagaimana halnya juga mencelakakan mereka.'(HR. Muslim 8/212)

Hadits yang serupa dengan tadi, bahwa kekalahan dan kehancuran umat islam karena ambisi dunia sehingga melupakan menuntut ilmu din, beramal saleh dan berjihad ialah sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam:

"Jika kalian telah sibuk dengan jual beli 'Inah(sistem jual beli yang mngandung unsur riba,pen), kalian terbuai dengan peternakan dan bercocok tanam, dan kalian tinggalkan jihad, maka akan Allah timpakan di atas kalian kehinaan yang tidak akan terangkat sampai kalian kembali ke agama kalian."
(HR. Abu Dawud 2/296, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Al-Syaikh Muhammad Nasiruddin al-Albani rahimahullah berkata, "Di dalam hadits ini terdapat keterangan penyakit dan obatnya, yaitu bahwa beliau bersabda di awal hadits: ' Jika kalian telah sibuk dengan jual beli 'Inah.'
'Inah adalah satu jual beli yang bersifat riba, dan sangat disayangkan dewasa ini terjadi di sebagian negara-negara Islam, bahkan (negara-negara) Arab.  Padahal negara-negara ini mestinya memahami Kitab Allah Ta'ala dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih baik daripada pemahaman kaum muslimin non-Arab.

Dengan demikian, secara umum(disimpulkan)bahwa sesungguhnya penyakit-penyakit yang menimpa kaum muslimin teringkas dalam dua sisi:

Pertama: meninggalkan kewajiban yang dikenal secara pasti dalam agama ini seperti jihad di jalan Allah Ta'ala dengan sebab mereka memburu dunia.

Kedua: Membuat tipu daya terhadap yang telah diketahui Keharamannya dari sunnah, seperti 'Inah dengan nama jual beli."(Hayat al-Albani wa Asaruhu wa Sana'u al-'Ulama 'Alaihi karya Muhammad ibn Ibrahim al-Syaibani 1/377-391)

Akhirnya kita mohon kepada Allah Ta'ala, semoga Dia senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua menuju jalan yang diridhai-Nya dan menjauhi kita dari penyakit Syubhat dan syahwat.

.............


Oleh:
Al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron hafizahullah
(Sumber: Majalah al-Furqon edisi 7 tahun ketigabelas, hlm.4-8)


Disalin oleh:
Radinal Maasy(Ibnu Abdillah)


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Kehancuran Umat Islam Akibat Meninggalkan Sunnah

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter