27 Juni 2014

Pedihnya Sakaratul Maut

Bismillah


PEDIHNYA SAKARATUL MAUT

Kalau seorang hamba tidak pernah mengalami kesulitan dan petaka hidup, kecuali hanya sakaratul maut, cukuplah ia menjadi musibah dahsyat yang membuat hambar semua bentuk nikmat duniasehingga banyak orang tersentak sadar dan bangun dari kelalaian.
Maka sangat pantas semua manusia terus berfikir dan bersiap-siap untuk menyambut kehadiran tamu yang paling menyeramkan,yaitu sakaratul maut.

Allah Ta'ala berfirman:

وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ

"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya."(QS. Qaf: 19)

Ketahuilah, bahwa pedihnya sakaratul maut tidak bisa dirasakan secara persis kecuali oleh orang yang pernah mengalaminya.
Mereka yang belum merasakannya hanya bisa mengkiaskan dengan kepedihan lain yang pernah di alaminya. Ada pula yang berdalih dengan pengalaman mereka ketika melihat orang lain yang sedang sekarat.

Adapun dasar analisanya berangkat dari pengkiasan bahwa semua yang tidak bernyawa tidak mengalami rasa sakit. Maka makhluk bernyawa yang merasakan sakit adalah nyawanya.
Jika anggota badan terkena luka atau terbakar,maka rasa sakit akan menyebar ke nyawa. Rasa sakit  merasuk ke dalam daging, darah dan semua anggota badan,sementara yang mengenai nyawa hanya sebagian rasa sakit. Bayangkan bila rasa sakit tersebut menyerang inti nyawa, maka betapa perih dan pedihnya.

Pedihnya sakaratul maut adalah sakit yang langsung menyerang inti nyawa, lalu menyebar ke seluruh anggota badan sehingga semuanya merasakan perihnya sekarat. Ibarat seseorang yang menginjak duri, maka sakit yang dirasakan hanya pada anggota badan yang terkena duri.

Orang yang dipukul anggota tubuhnya bisa berteriak karena masih ada kekuatan dalam hati dan lisannya, tetapi orang yang sedang sakaratul maut tidak mampu lagi? untuk bersuara apalagi berteriak, karena kekuatan  sudah melemah dan  kepedihan sudah sampai pada titik klimaks hingga menyayat-nyayat hati.
Begitu pula seluruh jasad menahan perih dan pedih yang amat sangat yang membuat seluruh organ tubuh menjadi lunglai dan lemas terkulai, sehingga tidak mempunyai kekuatan untuk berteriak meminta bantuan.

Sementara pikiran kalut dan bingung menahan derita,lisan menjadi bisu, seluruh persendian dan seluruh ruas jari lemah terkulai. Andaikata sang mayat mampu merintih, berteriak dan meminta bantuan untuk melupakan kepedihan maka akan dia lakukan. Tetapi hal itu sangat tidak mungkin,kalau masih tersisa kekuatan,ia hanya bisa didengar lewat suara ruh saat dicabut dan ditarik dengan suara dengkuran, dan suara sekarat yang terdengar di kerongkongan dan dada.
Semua warna kulit berubah dan rasa sakit amat sangat menyebar ke seluruh tubuh bagian luar maupun dalam, mata melotot, mulut terkunci rapat, ujung jari-jari menggenggam,  urat nadi, seluruh otot dan jasad mulai membeku dan semua anggota tubuh mulai mati satu persatu, yang diawali telapak kaki yang dingin lalu bagian betis kemudian bagian paha.

Setiap anggota tubuh mengalami sekarat dan kepedihan hingga sampai tenggorokan. Mulai saat itu putuslah harapannya terhadap dunia, perhatiannya kepada keluarga,dan tertutupnya pintu taubat, dan suasana yang ada hanya penyesalan dan kegelisahan.²

Terlepasnya ruh dari jasad mengalami tiga tahapan: ³

Pertama:
Malaikat maut menarik ruh dari arah kepala hingga kerongkongan, maka terlepaslah ruh dari jasad yang dibarengi rasa sakit yang amat pedih yang disebut dengan sakaratul maut.

فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ,وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ

"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat,,,"(QS. Al-Waqi'ah: 83-84)

Kedua:
Pada saat ruh telah sampai ke tenggorokan dan  ketika sang mayat melihat maut, maka habislah kehidupan dunia dan mulai masuk ke gerbang alam Barzakh, sebagaimana ditegaskan dalam Firman Allah Ta'ala,

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ,لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), .Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan."{QS. Al-Mu'minun: 99-100}

Barzakh merupakan alam pembatas antara kematian dengan kehidupan.
Dan dikatakan pada Sya'bi, "fulan telah mati"
Beliau berkata,"dia tidak berada di dunia dan tidak berada di akhirat,namun dia berada alam barzakh."5

Ketiga:
Ruh dicabut dan ditarik dari tubuh secara total dan keluar dari arah kepala seperti sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam,

ان الروح اذا قبض تبعه البصر

"Sesungguhnya ruh ketika dicabut maka diikuti pandangan."6

Imam ibnul Arabi rahimahullah berkata, "sesungguhnya Allah dengan qudrah dan hikmah'Nya mampu meringankan atau memberatkan keluarnya ruh dari jasad sesuai kondisi seorang hamba, terkadang ruh keluar dalam kondisi amat berat sebagai bentuk azab seperti yang dialami orang kafir, terkadang ruh keluar dalam kondisi amat berat sebagai penebusan dosa seperti yang dialami para pelaku dosa besar, dan terkadang ruh keluar dalam kondisi amat berat untuk penegakan hujjah di hadapan makhluk dan sebagai bentuk hiburan dan teladan seperti yang dialami Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam.

Dari Harts bin suwaid berkata bahwa Abdullah bin Mas'ud berkata,
"Aku masuk kerumah
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam sementara beliau sedang sakit parah,  maka aku letakkan tanganku ke tubuh beliau lalu aku berkata, 'Sungguh engkau sakit sangat parah.' Beliau bersabda, 'Sungguh aku sakit seperti sakitnya dua orang diantara kalian.' Ia berkata, 'aku berkata 'Demikian itu karena bagimu dua pahala.' Beliau bersabda,'ya,tidaklah ada seorang mukmin tertimpa penyakit atau semisalnya melainkan Allah akan hapus dosa-dosa darinya, seperti rontoknya dedaunan dari pohonnya." {Lihat musnah Ahmad, no.4346 dan 4205} 7


Sumber:
Rintangan setelah kematian, karya ustadz Zainal Abidin bin Syamsudin,Lc.


Di salin oleh:
Radinal Maasy bin Abdullah


Catatan:

1. Shahih, diriwayatkan oleh Imam Nasa'i dalam Sunannya,no.1833
2. Lihat Ihya Ulumuddin, 4/427-428
3. Lihat Rihlah al-Akhirah,Ahmad al-Khaththab,hal.29
4. Lihat Tafsir at-Thabari, 18/41; Tafsir al-Baghawi,5/428 dan Tafsir Zadul Masir,Ibnul Jauzi, 5/356
5. Lihat kitab adz-Tadzkirah, al-Qurthubi,hal. 195 dan Tafsir Ibnu Katsir, 5/362.
6. Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 2127; Imam Abu Dawud dalam Sunannya,no. 3118 dan Imam Ibnu Majah dalam sunannya, no. 1454.
7. Lihat Aridhatul Ahwadzi, Imam Ibnul Arabi, 4/160.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Pedihnya Sakaratul Maut

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter