06 Juni 2014

Salahkah Bila Aku Masih Berharap

Bismillah


SALAHKAH BILA AKU MASIH BERHARAP?


Pertanyaan:

Assalamualaikum.  Ustadz, saya akhwat 20 tahun saat ini saya sedang gundah karena masalah jodoh. Saya sudah lama menyukai seorang ikhwan yang baik agamanya.  Saya pun sempat berta'aruf dengannya, untuk mengenal satu sama lain. Tapi hanya satu bulan saya ta'aruf, ikhwan tersebut menjauh karena orang tua ikhwan kurang menyukai saya. Padahal selama kami berta'aruf saya merasa sreg dan yakin kalau dia adalah jodoh saya. Saya minta sarannya, Ustadz.  Apa yang terjadi sama diri saya? Apa mungkin itu suatu pertanda kalau kami tidak berjodoh? Dan apakah salah jika akhwat masih berharap terhadap seorang ikhwan? Mohon nasihatnya.  Terima kasih.

Jawab:

Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Perlu dimaklumi bahwa jodoh sudah ditakdirkan oleh Allah Ta'ala sebelum manusia lahir, namun kita harus berikhtiar sekuat tenaga dengan cara yang disyariatkan san memohon kepada Allah Ta'ala agar dikaruniakan jodoh yang baik. Karena hanya Allah yang bisa memberi segala yang menjadi kebutuhan makhluk.

Ketika kita telah berikhtiar, lalu belum berhasil, kita tidak boleh putus asa. Rahmat Allah Ta'ala itu sangat luas dan tidak pernah putus.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز وإن أصا بك شيءفلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا ولكن قل قدرلله وما شاء فعل فإن لو تفتح عمل الشيطان

"Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah.
Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan, 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu,' tetapi katakanlah,'Itu sudah takdir Allah, dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya.' Karena sesungguhnya ungkapan 'law' (seandainya) aka  membuka jalan bagi perbuatan setan. "(Muslim: 8/56)

Ikhwan atau pria yang menyenangi saudari menjauh karena orang tuanya tidak setuju, kita hatus sabar, karena anak setelah menikah(terutama anak lelaki) tetap diwajibkan birrul walidain, bahkan suatu saat anak harus menaati bapak ibunya ketika diperintah atau dilarang,selagi tidak bertentangan dengan perintah Allah Ta'ala dan Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam.  Sebagaimana peristiwa sahabat Abdullah bin 'Umar radhiyallahu'anhu disuruh oleh ayahnya agar mentalak istrinya, dan dilaksanakan atas perintah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam juga.

Alasan yang lain, kalau dipaksakan ikhwan itu harus menuruti kemauan dirinya dan berseberangan dengan keinginan orang tua, tentu menjadi beban mental di kemudian hari. Bukan hanya kepada suami, tapi juga kepada istri karena orang tua tidak menyenangi menantunya.  Tentu sebagai menentu tidak merasa sakinah (tenang) bila mertua memusuhi menantunya. Semoga hal ini dimaklumi.

Untuk menenangkan jiwa,yakini bahwa ikhwan itu belum ditakdirkan menjadi jodoh Anda. Walau demikian, kita sebagai hamba wajib husnuzhan kepada Allah Ta'ala, bahwa Dia-lah yang berhak memulihkan kita jodoh terbaik, sehingga kita tetap semangat berikhtiar.

Karena tidak ada jaminan bahwa pilihan kita adalah yang terbaik, walau menurut kita baik. Barangkali kita menyenangi sesuatu yang sejatinya itu buruk bagi kita, atau sebaliknya. (QS. Al-Baqarah: 216)

Sebaiknya saudari tidak memupuk harapan terhadap ikhwan yang sudah menjauhkan diri dari saudari, karena takut orang tuanya. Supaya itu tidak jadi beban, tidak mengganggu ibadah atau kegiatan lainnya.

Ikhlaskan. Berusahalah mencari jodoh yang lain dengan meminta bantuan orang tua atau orang yang berilmu.  Jangan malu menyampaikan yang benar. Semoga Allah mengganti dengan jodoh yang lebih baik untuk dunia dan akhirat.

Wallahu Ta'ala A'lam




Dijawab oleh:
Ustadz.  Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Sumber: Majalah Al-Mawaddah vol. 72 - Jumadal Ula 1435 H, hlm.4-5



Disalin oleh:
Radinal Maasy bin Abdullah


--sent from Fast Notepad

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Salahkah Bila Aku Masih Berharap

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter