16 Agustus 2014

Akibat Dari Maksiat

Akibat Dari Maksiat

Menyingkap Korelasi Antara Maksiat dan Musibah

Salah satu yang membedakan cara pandang seorang mukmin dengan yang lainnya, bahwa cara pandang seorang mukmin akan selalu dikaitkan dengan keimanannya kepada Allah Ta'ala dan Hari akhir. Bukan semata karena melihat hukum sebab-akibat duniawi yang nampak. Begitu pula dengan terjadinya sebuah musibah. Bukan murni terjadi sebab alam belaka, tapi dosa manusia juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya musibah.

Allah Ta'ala berfirman,

ومآأصبكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفوا عن كثير

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura: 30)

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu pernah mengatakan,

ما نزل بلاءإلا بذنب ولارفع بلاءإلا بتوبة

"Tidaklah musibah itu turun melainkan karena dosa. Karenanya, tidaklah bisa mesibah itu hilang melainkan dengan taubat."(Al-Jawabul Kafi, hal. 87)

Ibnu Umar radhiyallahu'anhuma berkata, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pernah mendatangi kami seraya berkata, ''wahai kaum muhajirin! Ada lima hal yang jika kalian diuji dengannya (namun saya berjarap agar kalian tidak menemuinya).
1. Tidaklah sebuah perbuatan keji nampak di sebuah kaum sehingga mereka melakukannya secara terang-terangan melainkan akan muncul wabah penyakit tha'un yang belum pernah ada sebelumnya.  
2. Dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan melainkan akan tertimpa pacekelik dan kesusahan hidup serta zalimnya penguasa.  
3. Dan tidaklah mereka menolak membayar zakat, melainkan hujan tidak akan turun. Seandainya bukan karena binatang-binatang ternak, niscaya tidak akan pernah turun hujan. 
4. Dan tidaklah  mereka mengingkari perjanjian Allah dan Rasul'Nya melainkan Allah akan jadikan mereka dikuasai oleh musuh sehingga berhasil mengambil sebagian milik mereka,  
5. Tidaklah para pemimpin meninggalkan berhukum dengan kitab Allah serta pilah-pilih apa yang diturunkan oleh'Nya. Melainkan Allah akan jadikan kehancuran mereka(sebab pertikayan) antara mereka sendiri." (HR. Ibnu Majah, al-Bazzar dan al-Baihaqi sebagaimana dalam ash-Shahihah: 106)
Hal ini pun banyak disampaikan oleh para ulama. Mereka tegaskan bahwa hubungan antara musibah dengan maksiat seorang hamba sangatlah kuat.

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, ''Diantara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat, dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana(musibah). Karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.''(al-Jawabul Kafi, hal. 87)

Ibnu Rajab al-Hambali pun mengatakan hal senada, ''Tidaklah disandarkan suatu kejelekan (kerusakan) melainkan pada dosa, karena semua musibah itu disebabkan karena dosa.''(Latha'if al-Ma'arif, hal. 75)

Oleh karena itu, sudah sepatutnya setiap hamba merenungi hal ini. Ketahuilah, bahwa setiap musibah yang menimpa kita dan datang menghampiri negeri ini, itu semua disebabkan dosa dan maksiat yang telah kita perbuat.
Betapa banyak kesyirikan merajalela di mana-mana, dengan bentuk tradisi ngalap berkah, memajang jimat untuk memperlancar rizki dan sebagainya.

Kaum muslimin juga ternyata tidak bisa lepas dari tradisi yang berbau agama, namun sebenarnya tidak ada tuntunannya sama sekali dari Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. 

Tidak sedikit juga kaum muslimin yang gemar melakukan dosa besar,. Mata kita pun masih bisa melihat masih banyak disekitar kita yang shalatnya bolong-bolong. Padahal para ulama telah sepakat (sebagai mana dikatakan oleh ibnu Qayyim) bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar yang lebih besar dari dosa besar lainnya. Lebih besar dari zina, berjudi, dan minum minuman keras. Begitu juga perzinaan dan perselingkuhan semakin merajalela di akhir zaman ini. Itulah berbagai dosa dan maksiat yang sering diterjang. Itu semua mengakibatkan berbagai nikmat lenyap dan musibah tak kunjung hilang.

Agar berbagai nikmat tidak lenyap, agar terlepas dari berbagai bencana dan musibah yang tidak kunjung hilang, hendaklah setiap hamba memperbanyak taubat yang nashuh(yang sesungguhnya). Karena, musibah tersebut pasti hilang dan berbagai nikmat pun akan segera datang.

Akibat Perbuatan Maksiat

Selain hal diatas, imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya, ad-Da' wa-Dawa' juga menyebutkan berbagai dampak dari sebuah kemaksiatan. Diantaranya:

1. Tidak mendapat ilmu, sebab ilmu adalah cahaya yang diberikan Allah Ta'ala kesebuah hati, sedangkan maksiat itu berfungsi mematikan nyala nur tersebut. Imam Malik pernah berkata kepada muridnya, Yaitu Imam asy-Syafi'i ''Sungguh, aku telah melihat Allah meletakkan nur dalam hatimu, maka jangan (pernah) emgkau matikan dengan kemaksiatan.''

2. Pelaku maksiat akan mengalami kegersangan jiwa terhadap Rabbnya. Dia akan kehilangan kelezatan ma'iyatullah(merasakan kehadiran Allah Ta'ala). Padahal nikmat ini ridak bisa dinilai dengan kenikmatan duniawi. Jika semua kelezatan duniawi disatukan tidak akan bisa mengibati kekeringan jiwa seseorang.

3. Semua perkaranya menjadi semakin susah. Maka dari itu, ia akan selalu mendapati pintu yang tertutup dalam segala hal. Kebalikannya, orang yang menjauhi dosa akan selalu menemui way out dari segala urusannya. Karena siapa saja yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan segala urusannya menjadi lebih mudah. (QS. Ath-Thalaq: 4)

4. pendosa akan merasakan kegelapan hati. Ia merasakannya seperti saat berjalan pada malam yang kelam. Pertama kali akan tampa secara lahiriah di matanya, lalu menjalar ke raut mukanya dan akhirnya akan diketahui oleh semua orang.

5. Kemaksiatan bisa melemahkan badan dan hati seseorang. Maka dari itu, ia tidak memiliki keteguhan hati dan akan terlihat loyo saat kegentingan yang memerlukannya , walau kelihatan tegap badan dan ototnya.

6. Kemaksiatan menumbuhkan benih-benih dosa. Sebagian Ulama berkomentar,''Termasuk balasan amal buruk(maksiat) adalah amal buruk berikutnya. Sedangkan balasan amal baik(hasanah) ialah amal baik selanjutnya.''

7. Kemaksiatan membuat lemah keinginan pelakunya. Karena maksiat itu akan menguatkan keinginan berbuat dosa dan melemahkan keinginan bertaubat.

8. Kemaksiatan merupakan salah satu faktor jatuhnya sang pelaku di mata Allah Ta'ala dan masyarakat. Karena siapa saja yang dihinakan oleh Allah, maka tidak ada lagi yang bisa memuliakannya.(QS. Al-Hajj: 18)

9. Kesialan akan selalu menghantui pelakunya.

10. Kemaksiatan dapat mewariskan kehinaan. Karena kehormatan dan kemuliaan hanya berada pada naungan ketaatan kepada Allah. Karena siapa saja yang menginginkan kemuliaan, sesungguhnya seluruh kemuliaan itu hanya milik Allah. (QS. Fathir: 10)

11. Dosa-dosa bisa menyingkirkan nilmat dan mendatangkan bencana. Karena termasuk balasan buruk pelakunya adalah menghilankan kenikmatan yang datang dan memutuskan aliran nikmat yang akan diterima. Oleh karenanya, seorang hamba akan selalu berada dalam kenikmatan selama ia tidak melanggar dosa, dan tidak mendapati malapetaka melainkan karena menerjang dosa.(QS. Al-An-Fal: 53)

12. Kemaksiatan mengerdilkan jiwa dan menjadikannya hina. Sebaliknya, ketaatan akan membesarkan jiwa dan membersihkannya. Maka dari itu, beruntunglah orangba yang senantiasa menyucikan jiwanya dari noda dosa.(QS. Asy-Syams: 9-10)

13. Kemaksiatan merampas nama terpuji dan kemuliaan. Maka ia kehilangan predikat mukmin, pelaku kebaikan, maupun orang yang bertakwa. Sebagai gantinya ia akan mendapat predikat pendurhaka, fasik, pezina, pemabuk.dll.

14. Kemaksiatan akan memutuskan hubungan seseorang dengan Rabbnya. Jika hal itu terputus, maka terputuslah aliran kebaikan dan yang ada hanyalah semua faktor keburukan.

15. Kemaksiatan menghapuskan keberkahan-keberkahan, baik keberkahan umur, rezeki, ilmu, pekerjaan, dan ketaatan. Secara keseluruhan akan menghilangkan keberkahan agama dan dunia.

16. Kemaksiatan akan menarik makhluk lain untuk lebih berani(menyerang) kepada pelakunya. Maka dari itu, setan menjadi lebih berani menimpakan penyakit, kesesatan, waswas, kesedihan dan kesusahan. Demikian pula manusia yang jahat dan hewan lain terhadap pelakunya.

17. Kemaksiatan itu menghianati pelakunya dalam hal yang amat diperlukannya. Baik itu dalam mendapatkan ilmu, semisal menjadi lebih mementingkan sesuatu yang remeh daripada yang lebih mulia.

18. Maksiat bisa menjadikan lupa pelakunya terhadap dirinya sendiri. Jika ia melupakannya maka akan menyia-nyiakannya, merusak dan menghancurkannya. Itu semua terjadi karena sebelumnya ketika berbuat maksiat, ia telah melupakan Allah sehingga Allah pun membuat dia Lupa terhadap dirinya sendiri. (QS. Al-Hasyr: 19)

19. Maksiat menjauhkan pelakunya dari para penolongnya. Maka ia akan lebih dekat kepada setan yang bertabiat manghancurkan.

20. Termasuk efek maksiat menjadikan kehidupan sulit di dunia, dalam alam kubur dan mendapat sika pedih dibakhirat. (QS. Thaha:124)

Penutup:

Wahai saudaraku, masih ada waktu untuk bertaubat dari perbuatan dosa dan maksiat, agar terhindar dari efek buruknya. Coba perhatikan bersama-sama firman Rabb kita yang mulia.

(Yang artinya)

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. Az-Zumar: 53)

Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Bahwasanya Allah membentangkan kedua tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari. Dan membukanya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada malam hari."

Semoga Allah senantiasa menjaga hati dan amal perbuatan kita dari segala yang membiat-Nya murka, dan mendekatkan hati dan amal perbuatan kita dari segala yang membuat-Nya ridha.

Wallahu a'lam....


Oleh:
Ustadz. Ahmad Sabiq, Lc.

Sumber:
Majalah ''al-Mawaddah-majalah keluarga muslim '' - vol. 69 - Syafar 1435 H.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Akibat Dari Maksiat

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter