17 Februari 2016

Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu

Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu

Bagi orang Syi'ah, melihat nama ini akan berkata, "Dia anak orang kafir! Semoga Allah melaknatny".
Tetapi Allah Ta'ala Maha Adil tatkala manusia memilih kebatilan, Allah akan menambahi kebinasaanya agar nampak keadilan-Nya dan sempurna Rahmat-Nya dalam membela para wali dan kekasih-Nya.

Celaan terhadap seseorang sejatinya sebagai pahala yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Karena itu seorang ulama berkata, "Seandainya ghibah itu tidak haram, akan saya perintahkan manusia untuk melakukan ghibah kepadaku. Sebab ia merupakan kebaikan cuma-cuma, tanpa aku usahan sendiri."

Jika demikian, siapakah yang tidak mau diberi kebaikan secara geratis? Dan sebaliknya, siapakah orang yang berakal yang mau memberikan kebaikannya kepada orang lain? Benarlah, semakin manusia mulia, semakin banyak pula yang mencela agar semakin banyak gebaikannya di sisi Allah Ta'ala. Dan semakin banyak kejelekan manusia, semakin banyak celaannya kepada kebaikan dan pelakunya.

Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata,"Apakah kalian heran dengan celaan terhadap para sahabat Nabi? Sesungguhnya Allah menghendaki agar para sahabat tidak terputus kebaikan mereka setelah meninggal dunia, maka Allah menjadika  kaum Syi'ah melaknat mereka."

Keutamaan para sahabat Nabi Shallallahu'alahi wa sallam  sangat jelas bagai matahari disiang terang, akan tetapi siapa yang buta hatiny dia akan melihat kebatilan sebagai yang haq dan yang haq sebagai kebatilan. Bukanlah karena mata yang buta, tetapi lantaran buta hati yang ada di dalam dada.

Jika kebenaran diukur dengan mayoritas, jelaslah kebatilan Madzhab Syi'ah yang mencela para sahabat Nabi. Sebab, seluruh umat Islam dari berbagai golongan dan madzhab, bahkan umat kafir mengakui keuamaan para sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam sekalipun kita akui bahwa tidak selamanya mayoritas itu menetukan kebenaran, akan tetapi kebenaran itu ada tandanya, tidak sekadar klaim belaka.

Yang ajaib lagi, bahwa para sahabat sangat keras dalam mengingkari dan memusuhi bid'ah dan pelakunya, sedangkan Syi'ah adalah pelaku bid'ah paling sesat berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.


Keutamaan Abdullah bin Umar  Radhiyallahu 'anhu

 Beliau bernama Abdullah bin Umar bin Khathhhab bin Nufail al-Qurasiy al-'Adawi al-Makki lalu al-Madani, Imam Qudwah Syaikhul Islam Abu Abdirrahman.

Masuk Islam sejak kecil lalu hijrah bersama bapaknya ke Madinah. Tidak ikut dalam perang Uhud karena masih kecil, dan pertama kali yang diikuti adalah Perang Khandaq serta ikut peperangan di Syam, Irak, Bashah dan Persi.

Beliau memiliki keutamaan yang sangat banyak, di antaranya:

1. Rasulullah Shallallahuu 'alaihi wa sallam memujinya.

Bahwa sebaik-baik orang adalah Abdullah, kalau dia shalat malam. Maka setelah  itu ia terus melakukan shalat malam dan tidak tidur kecuali sedikit.

2. Dekat kepada Nabi Shallallahuu 'alaihi wa sallam dan banyak mengambil ilmu dari beliau. Karenanya Ibnu Umar tersebut sebagai alim sahabat. Imam Malik mengatakan,
"Imam manusia adalah Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar berfatwa selama 60 tahun."

Ibnu Umar berkata, "Rasulullah pernah memegang pundakku dan berkata, 'Jadilah kamu di dunia seakan orang asing atau penyeberang jalan.'"

Perhatikan cara Rasulullah Shallallahuu 'alaihi wa sallam diatas, yaitu dengan memegang pundak Abdullah. Menunjukkan santunnya kepada Abdullah dan pentingnya masalah ini, bahwa dunia seperti negeri asing yang hanya kita singgahi sebentar dan segera meninggalkannya untuk pulang kembali ke negeri asal, yaitu akhirat. Maka sangat keliru jika kebanyakan manusia menjadikan dunia sebagai negeri asalnya, ibarat tempat mukim abadi. Atau melintas di jalan, baik penyeberang jalan maupun melakukan perjalanan yang terus berjalan tanpa berhenti, karena menuju tempat pemukiman yang sesungguhnya, yaitu akhirat.

Ini artinya orang yang berakal harus memiliki perbekalan yang cukup dalam perjalanan. Yang juga harus dia utamakan adalah perbekalannya agar sampai di tempat tujuan. Ia tidak boleh betah di perjalanan, tetapi harus rindu pada tempat tujuannya. Tidak membawa rumah dan seluruh perabot yang akan menyusahkannya, tetapi dia harus mempunyai tabungan harta yang cukup agar setelah tiba di tempat tujuan, dapat membelk tanah dan membangun rumah tanp harus susah payah bekerja atau meminta tolong. Padahal tidak akan ada yang menolongnya. Sebab, dia orang asing dan tak ada yang mengenalnya, pun tidak ada lapangan kerja lagi. Semua manusia saat itu sibuk memikirkan dirinya sendiri. Itulah gambaran akhirt. Tidak ada manfaat harta dan anak, kecuali yang datang menghadap Allah dengan yang selamat dari syirik, bid'ah dan maksiat. Jika demikian maka harus kita ketahui bahwa bekal yang harus kita siapkan dalam perjalanan ini adalah mengamalkan rukun Islam dan rukun Iman, serta segala yang terkandung dalam ajaran Islam.

3. Banyak menangis karena takut kepada Allah Ta'ala

Takut kepada Allah ibadah mulia, sedang menangis karena takut kepada Allah adalah sifat orang-orang shalih, sehingga mewariskan ketundukan hati untuk beribadah kepada Allah, mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Ibnu Umar membaca ayat-ayat al-Qur'an lalu menangis, berbeda dengan orang yang tidak takut kepada Allah atau tidak memahami apa yang dia baca dari al-Qur'an.

4. Abli birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua)

Ibnu Umar sangat berbakti kepada ayahnya, semasa hidup maupun setelah ayahnya wafat.
Beliau berkata, "aku mempunyai seorang istri yang sangat ku cintai, sedang ayahku tidak mencintainya dan menyuruhku untuk menceraikannya. Tetapi aku enggan, hingga Umar mendatangi Rasulullah Shallallahuu 'alaihi wa sallam lalu Rasulullah memerintahku untuk menceraikannya, maka aku ceraikan."

Akan tetapi harus diperhatikan, bahwa tidak selamanya orang tua dapat ditaati dalam masalah ini.

Tatkala Umar bin Khaththab sakit sebelum meninggal dunia, beliau diurusi oleh Abdullah dan kepalanya berada di pangkuannya.

Suatu saat Abdullah bertemu dengan seseorang. Ia pun memboncengnya dan menghadiahkan sorbannya. Tatkala di tanya perihal itu, dia menjawab, "Ayah orang ini adalah teman dekat bapakku. Sedangkan Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya bakti yang paling mulia, adalah anak menyambung (hubungan dengan) keluarga teman-teman bapaknya.'"

Abdullah bin Umar salah seorang alim di antara ulama sahabat. Beliau pun ahli tafsir, hadits, ahli fatwa dan ibadah, rujukan sahabat dan tabiin dalam segala disiplin ilmu, sangat ustiqomah di atas sunnah dan sangat memusuhi bid'ah dan ahlinya.

Nasihat Abdullah bin Umar

Abdullah bin Umar memiliki nasihat yang banyak, di antaranya:

1. Beliau berkata, "seseorang tidak disebut alim hingga tidak hasad pada orang yang di atasnya, tidak merendahkan orang yang di bawahnya, dan tidak menacari dunia dengan ilmunya."

2. Kata beliau, "jauhi cinta dunia dan panjang angan."
Beliau berkata,"Temani dunia dengan badanmu dan jangan menemaninya dengan hatimu. Sebab besok saat kiamat kamu tergantung kepada amalmu. Maka ambillah apa yang ada di tanganmu untuk masa kematianmu, niscaya kamu akan mendapat kebaikan. Semua orang mengetahui jika dunia ada di tangannya, yaitu dinafkahkan untuk ridha Allah tanpa masuk dalam hati akan banyak kebaikan padanya. Dan betapa celakanya manusia jika dunia masuk dan mengakar dalam hatinya sehingga dunia sebagai tujuannya yang paling besar."

Disarikan dari: Ash-Shahabah: 631-644.



Oleh:
Ustadz. Abdur Rahman al-Buthoni

Sumber:
Majalah "al-Mawaddah - majalah keluarga muslim" - vol. 69 - Shafar 1435 H

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter