03 Juni 2013

Bolehkah Meminta Pertolongan Kepada Selain Allah

 بسْــــــــــــــــم الله الرّحمن الرّحيْـــــــــــــــــم



Ketika kami memposting tentang dukun,lalu  ada yang bertanya kepada kami seperti ini:kalo kedokter gmna..? ibumu waktu itu sakit bro..malah minta tolong ke doktor..bukannya keallah.” Mungkin maksunya bagaiman jika meminta pertolongan kepada dokter,saat sakit,bukan meminta tolong kesembuhan kepada Allah secara langsung.

            Memang benar kita harus meminta pertolingan hanya kepada Allah saja, seperti yang selalu kit abaca dalam shalat kita 5 waktu dalam sehari. Dan dalam shalat-shalat sunnah..

إيّاك نعْبد وإيّاك نسْتعين
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah[1], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan[2].”

[1] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[2] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

Memohon pertolongan kepada Allah,dalam ayat ini, yaitu memohon yang mengandung kerendahan diri yang sempurna dari seorang hamba kepada Rabbnya,menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah semata serta meyakini hanya Allah lah yang mampu menolongnya dan mencukupinya. Permohonan seperti ini tidaklah diperbolehkan ditujukan kepada selain Allah.

Mungkin sebagian orang akan berkata.” Sampean saja kalau sakit meminta tolong kepada dokter,bukan kepada Allah” atau seperti ini,” sampean saja sering meminta tolong kepada orang lain, la itu apa namanya, berarti anda juga syirik doong”.


Dari sini perlu kita perinci lagi tentang hukum meminta tolong kepada makhluk:
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, telah memperinci tentang masalah meminta pertolongan kepada makhluk, penjelasan beliau sebagai berikut:


1. Memohon pertolongan kepada makhluk yang dia mampu untuk menolong. Dan ini tergantung jenis pertolongan yang dia minta. Jika kebaikan maka hal tersebut diperbolehkan bagi yang meminta tolong dan dianjurkan bagi yang menolong, berdasarkan firman Allah azza wa jalla;

وتعا ونواْ على الْبرّوالتّقوى ولا تعا ونواْعلى الْإشْم والْعدْون
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(al-Maidah:2)

Akan tetapi Jika pertolongan tersebut dalam kemaksiatan maka keduanya mendapat dosa berdasarkan firman Allah,

ولا تعا ونواْعلى الْإشْم والْعدْون
”Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Al-Maidah: 2)

Apabila pertolongan tersebut terhadap sesuatu yang mubah maka dibolehkan bagi kedua belah pihak dan mungkin yang menolong mendapatkan pahala atas kebaikan yang ia lakukan untuk orang lain, maka bagi yang dimintai pertolongan dianjurkan syara’ untuk menolong berdasarkan firman Allah;

وأحسنواْ إنّ الله يحبّ الْمحْسنين

”Berbuatlah kebaikan, sesungguhnya Allah senang terhadap orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Baqarah:195)


2. Mohon pertolongan kepada makhluk hidup yang ada dihadapannya, tetapi tidak mampu memberikan pertolongan. Ini jelas suatu kesia-siaan karena dia tidak memiliki kuasa, hal ini seperti halnya meminta tolong kepada orang yang lemah untuk mengangkat beban yang berat


3. Memohon pertolongan kepada orang mati secara mutlak atau kepada orang hidup dalam masalah yang ghoib, dimana dia tidak mampu melakukannya. Ini jelas syirik karena hal tersebut terjadi dari keyakinan bahwa orang yang diminta pertolongan tersebut memiliki kemampuan yang luar biasa di alam ini.
Contoh yang sering terjadi: Banyak kita saksikan diatara orang-orang yang meminta pertolongan atau meminta perlindungan kepada jin, padahal jin tidak lah mampu memberikan pertolongan tanpa kehendak Allah, Sebagian orang karena saking takutnya kepada tempat-tempat angker, pohon beringin, kuburan atau makam, akhirnya ketika melewati tempat tersebut, keluarlah ucapan, “Mbah aku wedi, tolong lindungi aku (mbah –yang dimaksud adalah penjaga tempat angker-, aku takut, tolong lindungi aku)”. Atau dengan ucapan semisal itu. Yang sebenarnya yang membuat mereka menjadi bertambah takut adalah jin atau setan itu sendiri, bukan yang lain. Ada yang sampai saking takutnya, akhirnya ia melakukan amalan tertentu. Mungkin ada yang beri wasiat “Pokoknya jika lewat pohon beringin tersebut lampu motor harus mati” atau “Jika lewat tempat tersebut harus lari kencang”.Atau ada yang meminta perlindungan dengan memakai jimat-jimat dan rajah. Seharusnya yang menjadi tempat meminta perlindungan adalah Allah, bukan pada makhluk yang hina.
Bukankah Allah telah memberikan solusi...
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” ( Ath Tholaq: 3)
4. Menjadikan amal sholeh dan hal-hal yang dicintai Allah sebagai penolong. Hal seperti ini dianjurkan berdasarkan perintah Allah dalam firman-Nya,

”Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu” (Al-Baqarah:153)

Dan Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab shahih muslim, sebuah riwayat yang mengisahkan tentang tiga orang yang terperangkap dalam gua. Lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalih mereka. Orang pertama bertawassul dengan amal shalihnya berupa memelihara hak buruh. Orang ke dua bertawassul dengan baktinya kepada kedua orang tuanya. Sedangkan orang ke tiga bertawassul dengan takutnya kepada Allah Ta’ala, sehingga menggagalkan perbuatan keji yang hendak dia lakukan. Akhirnya Allah Ta’ala membukakan pintu gua itu dari batu besar yang menghaanginya, hingga mereka bertiga pun akhirnya selamat. (HR.Muslim 7125)

Wallahua’lam....


kota Tapis Berseri:Pringsewu,Lampung


 Artikel: Belajar Islam

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Bolehkah Meminta Pertolongan Kepada Selain Allah

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter