13 September 2013

Hak-Hak Kedua Orang Tua

بســــــــــــم لله الرحن الرحيــــــــــــــم


Hak-Hak Kedua Orang Tua

1. Berbakti dan Berbuat Baik Kepada Keduanya Setelah Menyembah Allah.

Allah Ta'ala telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk berbakti kepada kedua orang tua. Allah berfirman:

ووصينا الإنسن بولديه حسنا وإن جهداك لتشرك بي ما ليس ك به، علم فلا تطعهما إلى مرجعكم فأنبئكم بما كنتم تعملون

"Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukanKu dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanm,u tentang itu, maka janganlah kamu mengikutinya. Hanya kepadaKu-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS.Al-'Ankabut :8)

Allah Ta'ala juga berfirman;

وقضى ربك ألا تعبدواإلآ إياه وبالولدين إحسنا

"Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah kecuali kepadaNYA dan hendaklah  kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya."
(QS.Al-Israa':23)

Perlu diperhatikan bahwa Allah Ta'ala menyertakan perintah untuk menyembahNYA dengan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua,untuk menjelaskan betapa agung hak kedua orang tua yang harus dituanaikan oleh anak, kerena mereka berdua adalah sebab nyata keberadaan dan kehidupan sang anak. Dan tatkala kebaikan kedua orang tua terhadap anak sampai pada batas maksimal, maka bakti anak kepada mereka berdua juga harus demikian.

Sesungguhnya kedua orang tua terdorong secara fitrah memelihara anak-anak mereka dangan mengorbankan segala sesuatu, hingga nyawa sekalipun. Sebagaimana benih tanaman menghisap makanan pada sebutir biji, tiba-tiba ia menjadi besar. Anak binatang mengsisap makanan ketika dalam telur, tiba-tiba kulitnya terkelupas. Demikian juga, anak menghisap dengan penuh kelezatan, keafiatan, kesungguhan, dan dengan penuh perhatian dari kedua orang tua. Sampai tiba-tiba mereka menjadi tua yang tinggal menunggu ajal. Namun demikian keduanya tetap bahagia.

Adapun anak, maka betapa cepatnya dia melupakan ini semua. Mereka bertolak ( dengan peranan mereka) ke depan untuk istri, anak cucu, dan seterusnya. Demikianlah kehidupan bertolak.

Dan dari sana orang tua merasa tidak perlu memberikan wasiat tentang anak-anak mereka nanti. Orang tua hanya perlu mengumpulkan kekuatan insting untuk mengingatkan mereka akan kewajiban generasi yang telah mengorbankan kehidupannya dalam mendidik anak hingga mereka tua.i

Dari sini, datanglah perintah Allah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, dengan perintah yang sangat ditekankan, setelah perintah yang sangat ditekankan untuk menyembah Allah Subhanahu Wata'ala.

2. Tidak Membentak Kedua Orang Tua

Allah Ta'ala memberikan peringatan keras kepada anak agar tidak berkeluh kesah atau membentak kedua orang tuanya, sebagaimana dalam firmanNya;

وقضى ربك ألا تعبدواإلآ إياه وبالولدين إحسنا، إما يبلغن عندك الكبرأحدهمآ أوكلا هما فلا تقل لهمآ أف ولا تنهرهما وقل لهما قولا كريما () واخفض لهما جناح الذل من الرحة وقل رب ار حمهما كم ربيانى صغيرا

"Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah kecuali kepadaNya dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Rabbku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS.al-Israa': 23-24)

Disebutkan didalam tafsir firman Allah Ta'al, فلاتقل لهمآ أف  "maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah'," maksudnya, janganlah memperdengarkan perkataan yang jelek kepada keduanya, meskipuh hanya perkataan 'ah' yang merupakan tingkatan perkataan jelek paling rendah.
 ( ولا تنهر هما (، "Dan janganlah kamu membentak mereka berdua," "maksudnya jangan sampai kamu melakukan perbuatan buruk kepada keduanya, sebagaimana yang dikatakan oleh 'Atha' ketika menafsirkan FirmanNya, ( ولا تنهر هما (، "janganlah kamu membentak mereka berdua", "Maksudnya jangan sampai kamu mengibaskan tanganmu kepada kedua orang tuamu."

Dan tatkala Allah Ta'ala melarang seorang anak dari perkataan dan perbuatan burukm maka Dia memerintahkannya dengan perkataan dan perbuatab baik, seraya Dia berfirman: (وقل لهما قولا كريما(، "Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia," yakni lemah lembut,baik, dan terpuji, dengan penuh tata krama, penghormatan, dan pemuliaan.

(Tafsir Ibnu Katsir, 5/64)

3. Memberi Nafkah Kepada Kedua Orang Tua

Allah Ta'la memulai kewajiban memberikan nafkah kepda kedua orang tua di dalam firmanNya,

يسئلو نك ماذاينفقون قل مآ أنفقتم من خير فللولدين والأقربين واليتمى والمسكين وابن السبل وما تفعلوا من خير فإن الله به عليم

"Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya." (QS.al-Baqarah: 215)

Yang demikian itu karana agungnya kedudukan kedua orang tua bagi anak.
Ibnu al-Mundzir berkata, "Para ulama telah sepakat(ijma'), bahwa memberi nafkah kepada kedua orang tua yang faqir, yang tidak memiliki pendapatan meupun harta, adalah wajib bagi seorang anak. Bahkan kebaikan paling agung yang dilakukan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya, jika keduanya atau salah satunya tidak memiliki harta, adalah dengan memberikan nafkah kepadanya.

4. Mengutamakan Bakti Kepada Kedua Orang Tua atas Jihad

Islam mengutamakan bakti kepada kedua orang tua daripada jihad fi sabilillah, jika jihad tersebut bukan fardhu 'ain, maka dia tidak wajib meminta izin kepada keduanya. Hadits-hadits tentang hal ini sangat banyak sekali, diantaranya:

1. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiyallahu'anhuma, dia berkata,

Seorang laki-laki datang kepada Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, lalu meminta izin kepada beliau untuk berjihad. Beliau shalallahu'alaihi wasallam bertanya, 'Apakah kedua orang tuamu masih hidup?' Dia menjawab' Ya.' Beliau bersabda, 'Maka berjihadlah dalam berbakti kepada keduanya.'" (HR.al-Bukhari, no. 3044)

2. Dan dari Abdullah bin Amr radhillahu'anhuma, dia berkata,

"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, alu berkata, 'Saya berbai'at (bersumpah setia) kepadamu untuk berjihad, dan saya mengharapkan pahala dari Allah.' Maka beliau bersabda,'Apakah salah satu dari kedua orang tuamu ada yang masih hidup?, Dia menjawab, 'Ya' bahkan kedua-duanya (masih hidup),' Beliua bersabda, ' Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah?' Dia menjawab, 'Ya' Beliau bersabda, 'Maka pulanglah kepada kedua orang tuamu, lalu berbuat baiklah dalam mempergauli mereka.'" (HR.Muslim, no.2549)

An-Nawawi rahimahullah berkata, "Semua ini menunjukan betapa agungnya keutamaan berbakti kepada kedua orang tau, dan bahwasanya ia lebih ditekankan dari pada jihad fisabilillah." (An-Nawawi, syarh Muslim, 16/320)

5. Mengutamakan Bakti Kepada Kedua Orang Tua Daripada Shalat Nafilah dan Selainnya

Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu'nhuma, Nabi shalallahu 'alaihi wasallam,bersabda:

"Tidak pernah ada seseorang pun yang berbicara ketika masih bayi ketika dalam buayan, kecuali tiga orang : Isa bin Maryam dan Seorang bayi yang ada pada zaman Juraij.
Juraij adalah seorang laki-laki ahli ibadah, dia membangun sendiri tempat ibadahnya. (Ceritanya), pada suatu hari di saat ia sedang shalat, ibunya memanggil,'wahai Juraij!' Juraij berkata,'Ya Rabbi, apakah akan  saya jawab panggilan ibuku atau saya meneruskan shalatku?' Lalu Juraij meneruskan shalatnya, ama ibunya pergi.
Keesokan harinya, Ibu Juraij datang ketika ia sedang shalat lagi, Sang Ibu memanggil,'Wahai Juraij!' Juraij mengadukan kepada Allah, 'ya Rabbi, saya memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?' Lalu ia meneruskan shalatnya, maka ibnunya pergi meninggalkan Juraij.
Pada pagi hari yang ketiga, Ibu Juraij datang lagi , ketika itu Juraij sedang shalat. Sang ibu memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata, 'ya Rabbi, saya memenuhi panggilan ibuku  terlebih dahulu atau meneruskan shalatku?'
Tetapi Juraij meneruskan shalatnya.
Lalu ibu Juraij bersumpah, 'ya Allah, janganlah Engkau matikan dia, sehingga di melihat wajah pelacur!'
Orang-orang bani Israil menyebut-nyebut ketekunan ibadah Juraij. Dan ketika itu ada seorang pelacur yang sangat cantik, ia berkata,' Jika kalian menghendaki, aku akan menggodanya untuk kalian.'
Lalu perempuan tersebut menawarkan diri kepada Juraij dan menggodanya. Tetapi Juraij tidak mempedulikannya. Lalu pelacur tersebut mendatangi seorang penggembala yang sedang berteduh di dekat tempat ibadah Juraij. Lalu dia memberikan kesempatan kepadanya untuk mengambil kehormatannya, lalu dia menzinainya hingga hamil.
Tatkala ia melahirkan seorang bayi, maka ia berkata kepada orang-orang,'Bayi ini dari (keturunan) Juraij'. Maka mereka mendatangi Juraij dan memaksanya keluar dari tempat ibadahnya. Selanjutnya mereka merobohkan tempat ibadahnya dan memukulinya.
Juraij berkata, ' Ada apa ini, mengapa kalian perlakukan aku seperti ini?' Mereka menjawab, 'Engkau telah berzina dengan pelacur ini, sehingga ia melahirkan seorang bayi darimu.' Ia berkata, 'Di mana sekarang bayi itu?' Kemudian mereka datang membawa bayi tersebut.
Juraij berkata,' Berikan aku kesempatan untuk mengerjakan shalat!'  Lalu Juraij shalat, Selesai shalat, Juraij menghampiri ang bayi lalu mencolek perutnya seraya bertanya, 'Wahai bayi, siapakah ayahmu?' Sang bayi menjawab, 'Ayahku adalah fulan sang pengembala.'
Serta merta orang-orang pun berhamburan, menciumi dan meminta maaf kepada Juraij. Mereka berkata, 'Kami akan membangun kembali tempat ibadah untukmu dari emas!' Juraij menjawab, 'Jangan! Cukup dari tanah saja sebagaimana semula.' Lalu mereka pun membangun tempat ibadah (sebagaimana yang dikehendaki Juraij)."

(HR.Muslim,no.2550)

An-Nawawi rahimahullah berkata; "Didalam hadits ini terdapat kisah tentang Juraij, dimana dia lebih mengutamakan shalat nafilah daripada menjawab panggilan ibunya. Lalu ibunya mendoakan keburukan untuk Juraij, dan Allah pun mengabulkan doa sang ibu. Para Ulama mengatakan, " Ini merupakan dalil  yang menunjukan bahwa tindakan tepat yang harusnya Juraij lakuakan adalah menjawab panggilan ibunya, karena ketika itu ia sedang mengerjakan shalat nafilah, dan meneruskan shalat nafilah tersebut hukumnya sunnah, bukan wajib. Sedangkan menjawab panggilan ibu serta berbakti kepadanya adalah wajib dan mendurhakainya adalah haram. Sebenarnya bisa saja Juraij mempercepat shalatnya kemudian menjawab ibunya,lalu kembali shalat. Namu mungkin saja dia khawatir ibunya memanggilnya untuk meninggalkan tempat ibadahnya, kembali ke dunia dan segala hal yang berhubungan dengannya, shingga ketetapan hati yang dia niatkan untuk beribadah akan melemah."

(Syarh Shahih Muslim, An-Nawawi, 16/321)

6. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Meski Mereka Berdua Mendzaliminya

Imam al-Bukhari telah meriwayatkan didalam al-Adab al-Mufrad, dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma.,Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda.

"Tidak seorang muslim yang memiliki dua orang tua Muslim, dia datang di waktu pagi berbakti kepda keduanya dalam rangka mengharapkan pahala dari Allah, melainkan Allah pasti akan membukakan baginya dua pintu surga. Jika satu orang tua, maka (Allah membuka) satu pintu surga. Namun jika membuat salah satunya marah, maka Allah tidak akan ridha kepadanya sehingga orang tuanya ridha kepadanya." Ada yang bertanya,, "Meskipun kedua orang tua menzhaliminya?" Beliau menjawab,"Meskipun kedua orang tua menzhaliminya."

(al-Adab al-Mufrad, hal.15. al-Albani rahimahullah mengatakan di dalam Misykah al-Mashabih, no.4943,"Dhaif sekali",pent)


Sumber: [Birr al-Walidain wa Tahrim Uquqhihima,Ahkam-Qashash-Fatawa. Dalam edisi indonesi"SUNGGUH MERUGI siapa yang mendapati orangtuanya masih hidup tapi tidak meraih surga".Karya:Ghalib bin Sulaiman al-Harbi, penerbit: pustaka Darul Haq]




Belajar Islam
Bogor, Jawa Barat
7 Dzulqo'dah 1434H



Belajar Islam

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Hak-Hak Kedua Orang Tua

0 komentar:

Posting Komentar

“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang:
1. Orang yang diam namun berpikir atau
2. Orang yang berbicara dengan ilmu.”
[Abu ad-Darda’ Radhiallohu 'anhu]

Flag Counter